Biografi Warren Buffet - Orang Terkaya di Dunia yang Enggan Berhutang

“Uang bukanlah segala - galanya, tapi segala - galanya butuh uang”. Apakah Anda kerap mendengar ungkapan demikian? Ya, sepertinya istilah ini sudah sangat sering didengungkan oleh banyak orang. Terutama, mereka yang berpandangan bahwa materi adalah hal yang penting.

Meski ada pula sebagian orang yang menolak dengan pandangan tersebut, tapi jika dipikir lebih dalam, hal tersebut bisa dikatakan benar adanya. Tapi tentunya, uang tetap tidak bisa dijadikan sebagai patokan utama kebahagiaan seseorang. Setidaknya, akan jauh lebih mudah untuk mendapatkan rasa bahagia dan tenang bila dalam kehidupan ini, kita bsia menikmati materi yang berkecukupan.

Berbicara tentang uang, materi dan kekayaan, pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya jadi orang terkaya di dunia? Kalau pada dasarnya kita terlahir dari keluarga kaya raya, orang tua kita memiliki harta berlimpah, semenjak kecil kita dikelilingi dengan sendok dan garpu emas, mungkin rasanya jadi biasa saja.

Tapi, bagaimana kalau kita berasal dari keluarga yang terbilang sederhana dari segi ekonomi? Tahukah Anda kalau orang terkaya di dunia saat ini, yang dinobatkan oleh Forbes sebagai orang terkaya nomer 2 di dunia tahun 2016, berasa dari keluarga yang cukup sederhana? Ia bahkan memperoleh kekayaannya dengan usaha kerasnya sendiri, semenjak ia kecil.

Dialah Warren Buffet. Seorang konglomerat yang sukses meraih pundi -pundi dollar dengan usahanya sendiri. Menariknya, kerja kerasnya mengumpulkan kekayaan ini sudah dimulainya sejak usianya masih begitu belia. Sejak usia yang masih sangat muda, ia sudah belajar mengelola perusahaannya sendiri.

Tahun 1956, yakni di usianya yang masih 26 tahun, ia sudah mendirikan Buffett Partnership Ltd. Tahun 1965, dia sudah mengontrol Berkshire Hathaway. Selanjutnya, kemampuan bisnisnya terus berkembang hingga ia mampu menguasai berbagai jenis perusahaan, meliputi media, asuransi, energi, juga industri makanan dan minuman. Wow!

Agar lebih jelas mengenai kisah orang terkaya di dunia ini, mari kita lihat biografi Warren Buffet. Tentunya, ada banyak pelajaran menarik dan berharga yang bisa kita petik dari biografi Warren Buffer si orang terkaya di dunia versi Forbes ini.

Profil dan masa kecil Warren Buffet

Nama lahirnya adalah Warren Edward Buffett, dan kini lebih populer dengan panggilan Warren Buffett. Ia terlahir pada tanggal 30 Agustus tahun 1930, tepatnya di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat. Ayahnya, Howard, bekerja sebagai seorang makelar saham dan melayani kongres Amerika Serikat. Sedangkan ibunya, Leila Stahl Buffett, adalah seorang ibu rumah tangga.

Warren Buffet adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dan merupakan satu -satunya anak lelaki. Kakak dan adiknya adalah perempuan. Sejak kecil, Buffett sudah menunjukkan bakat luar biasa dalam hal bisnis dan keuangan. Ia juga merupakan ahli dalam bidang matematika, yang sangat lihai melakukan penjumlahan dalam angka yang banyak di kepalanya.

Sejak kecil, Warren gemar sekali mengunjungi kantor saham ayahnya. Ia pun rupanya sudah mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap saham. Seringkali ia ikut mengamati nilai saham dan menuliskannya di papan tulis hitam di kantor tersebut.

Ketertarikan Warren kecil terhadap saham bahkan tidak hanya ditunjukkannya dalam pengamatan saja. Di usianya yang masih 11 tahun, ia sudah memulai investasi pertamanya dengan membeli tiga lembar saham dari Cities Service Preferred senilai $38 per saham.

Sayang, saham yang dibelinya jatuh dengan cepat hingga senilai $27 saja. Meski mengalami kerugian, tapi Buffett kecil tidak merasa kecewa. Ia bahkan sudah punya strategi untuk menahan saham tersebut, hingga ternyata nilai saham tersebut bisa kembali naik di nilai $40.

Ia lalu menjualnya dengan mendapatkan sedikit laba. Meski sudah untung, tapi ia kemudian merasa menyesal karena saham tersebut naik hingga mendekati $200 per saham. Tapi, hal ini kemudian menjadi pelajaran berharga baginya, bahwa ia harus belajar sabar menanti untuk berinvestasi.

Membangun Perusahaannya Sendiri di Usia 13 Tahun

Tahun 1942, ayah Buffet terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat sehingga membuat keluarganya berpindah ke Fredricksburg, Virginia, agar lebih dekat dengan kantor kongres yang baru. Karenanya, Buffet masuk ke sekolah menengah atas Woodrow Wilson High School di Washington, D.C.

Kala itu, Nebraska sedang mengalami dampak hebat dari krisis besar dunia. Karenanya, Buffett harus bisa menghargai betapa berharganya uang untuk kehidupan. Ia pun menjadi orang yang sangat hemat dan cermat dalam hal keuangan. Tak perlu menunggu dewasa untuk bisa menjadi pebisnis.

Buffet mulai menjalankan usaha untuk mencari uang dengan mengambil pekerjaan sebagai seorang loper koran. Ia akan mengedarkan koran -koran tersebut pada pagi dan sore hari.

Bahkan, Buffett tidak hanya bekerja sebagai seorang peloper koran dan majalah saja. Ia mulai membangun bisnis yang lebih kompleks dengan menjual perangko, Coca-Cola (KO) beverages, bola golf dan majalah, dari pintu ke pintu. Ia juga masih bekerja sebagai seorang editor untuk horse racing tip sheet bernama Stable-Boy Selections.

Di sekolah tersebut, ia masih melanjutkan keinginannya untuk menjadi seorang pebisnis. Selama masa -masa sekolah, ia bersama seorang kawannya membeli sebuah mesin pinball seharga $25, dan meletakkannya di sebuah tempat cukur rambut.

Hanya dalam beberapa bulan, mesin itu sudah menghasilkan laba yang cukup untuk membeli mesin -mesin pinball lainnya. Buffet pun kemudian memiliki mesin pinball sebagai ladang investasinya di tiga tempat yang berbeda sebelum ia menjual bisnisnya ini senilai $1,200.

Tahun 1944, Warren membayarkan pajak pertamanya, dan sukses mencapai uang tabungan senilai $1,000. Ia memang seorang yang gemar menabung. Dengan uang tabungannya ini, ia berencana untuk membangun kerajaan bisnisnya yang lebih besar lagi.

Ketika usianya 15 tahun, Buffet sudah memiliki tabungan senilai $2,000. Uang tabungan ini ia gunakan untuk membeli sebuah tanah kebun seluas 40 are di Nebraska. Ia menyewa seorang petani untuk mengerjakan sawah tersebut. Lalu, laba dari lahan tersebut ia gunakan untuk membayar kuliah.

Karir Awal pada Jenjang Pendidikan yang Lebih Tinggi

Lulus sekolah menengah atas di usianya yang ke -16 tahun, Buffett melanjutkan studi di University of Pennsylvania. Di sana, ia belajar tentang bisnis selama dua tahun. Kemudian, ia melanjutkan studi di University of Nebraska. Di sana, ia menyelesaikan studinya dan lulus di usianya 20 tahun.

Selama ia berkuliah, ia masih terus melanjutkan investasi dan bisnisnya. Ini membuatnya mendapatkan hingga $10,000 dari hasil investasi dan bisnisnya, ketika ia baru lulus kuliah.

Setelah menyelesaikan studinya, Buffet rupanya masih haus akan ilmu. Terinsipirasi dari Benjamin Graham's 1949 book, berjudul The Intelligent Investor, Buffett pun memutuskan untuk melanjutkan studi untuk meraih gelar master.

Awalnya, ia ingin kuliah di Harvard. Tapi setelah mendapatkan penolakan dari Harvard Business School, ia memilih melanjutkan studi di Columbia Business School. Tahun 1951, ia berhasil lulus dengan gelar Master of Science in Economics. Ketika berkuliah di Columbia, Warren banyak belajar dari seorang investor ulung, Benjamin Graham.

Setelah sukses meraih gelar master di tahun 1951, ia menjual sekuritas dari Buffett-Falk & Company selama tiga tahun. Kemudian, ia bekerja selama dua tahun sebagai seorang analis di Graham-Newman Corp.

Dengan bekal ilmu yang ia punya, Warren juga mulai mengajar tentang investasi di University of Nebraska, Omaha. Pada tahun 1954, Warren bersama dengan istri dan anak perempuan kecilnya, pindah ke New York. Di sana, ia mulai bekerja untuk mentornya, Benjamin Graham.

Selama beberapa tahun berikutnya, Buffett hidup berpindah dari kota ke kota. Tapi, kemudian, ia memutuskan untuk kembali ke Omaha dan membeli sebuah rumah sederhana untuk keluarga kecilnya. Rumah senilai $31,500 bagi seorang Buffett yang senang berhemat sudah merupakan pengeluaran yang besar.

Dari tahun 1951 hingga 1956, Warren menjadi seorang sales investasi dan analis saham. Dari kerja kerasnya ini, di tahun 1956, ia sudah memiliki tabungan senilai $174,000 dan sebuah rumah. Lalu di usianya yang ke -26 tahun inilah, ia memutuskan untuk berhenti bekerja.

Selama ini, ia memang mempunyai mimpi untuk dapat menjadi seorang jutawan di usia 35 tahun. Untuk mencapai impiannya tersebut, ia sadar bahwa ia harus lebih aktif lagi dalam bekerja, berbisnis dan mengumpulkan uang.

Tahun 1956, Buffett membentuk sebuah badan firma bernama Buffett Partnership Ltd. Di kampung halamannya di Omaha. Firma ini ia bentuk dengan bekal ilmu yang telah ia pelajari dari perkuliahan. Dengan kerja keras dan ilmunya, ia akhirnya sukses mengantarkan perusahaannya lebih unggul dan menjadikan dirinya sendiri sebagai seorang jutawan.

Kerajaan Bisnis Warren Buffet

Rupanya, membangun kerajaan bisnis adalah bakat luar biasa yang dimiliki Warren Buffett. Selain mengembangkan Buffett Partnership, ia juga mulai melakukan investasi pada perusahaan lain. Langkah bisnis Warren yang paling besar dan berpengaruh terhadap karis bisnisnya sebetulnya adalah langkah akuisisi terhadap Berkshire Hathaway pada tahun 1964.

Ini merupakan perusahaan produksi tekstil ketika berdiri di tahun 1830an sebagai Valley Falls Company. Kemudian, perusahaan ini berubah menjadi Berkshire Fine Spinning Associates pada tahun 1929, sebelum merger dengan Hathaway Manufacturing Company pada 1955.

Setelah melakukan merger ini lah, Berkshire Hathaway menjadi perusahaan dengan laba hingga jutaan dollar, 12.000 pekerja dan 15 lokasi pabrik. Buffett mulai tertarik dengan perusahaan ini dan berkeinginan untuk membuat investasi pertamanya pada perusahaan ini sejak tahun 1962.

Warren Buffet bisa dikatakan sebagai seorang investor yang Jack-of-all-trades, atau orang yang serba bisa dan serba tahu dalam usaha. Investasinya dalam Berkshire Hathaway adalah contoh yatanya. Ia membeli perusahaan ini hanya karena harganya yang murah, tanpa peduli bahwa ia sama sekali tidak ahli dalam perusahaan tekstil.

Kemudian, dia kembali membeli berbagai aset dari perusahaan lain, seperti di bidang media (The Washington Post), asuransi (GEICO) dan minyak (Exxon), diikuti dengan investasi signifikan dari Berkshire Hathaway's pada Coca-Cola.

Selain itu, di kemudian hari, Buffett juga melakukan investasi pada banyak perusahaan lain, seperti American Express Co. (AXP), Costco Wholesale Corp. (COST), DirectTV (DTV), General Electric Co. (GE), General Motors Co. (GM), Coca-Cola Co. (KO), International Business Machines Corp. (IBM), Wal-Mart Stores Inc. (WMT), Proctor & Gamble Co. (PG) dan Wells Fargo & Co. (WFC).

Karenanya, Buffett pun menjadi direktur dari perusahaan tersebut mulai dari tahun 1989 hingga 2006. Dia juga sekaligus menjabat sebagai direktur di Citigroup Global Markets Holdings, Graham Holdings Company dan The Gillette Company.

Tantangan Bisnis Warren Buffet

Perjalanan bisnis yang dilalui Warren Buffet memang sungguh luar biasa. Karirnya sebagai pebisnis terus menanjak dan berputar pada perusahaan -perusahaan besar dengan nilai jutaan dollar. Hal ini tentu membuat pundi -pundi kekayaan Warren Buffet semakin bertambah.

Tapi, bukan berarti karir bisnisnya terus berjalan mulus. Di tahun 1975, ia harus menghadapi tantangan bisnis yang cukup pelik. Buffett dan rekan bisnisnya, Charlie Munger, diinvestigasi oleh pihak Securities and Exchange Commission (SEC) dalam hal penipuan atau penggelapan.

Merasa tidak pernah melakukan hal yang dituduhkan, keduanya tentu tetap berusaha membela diri. Mereka bersikeras bahwa dugaan penipuan yang menyangkut investasi pembelian Wesco Financial Corporation ini hanya dikarenakan sistem bisnis yang terlalu kompleks.

Masalah pada bisnis kembali harus dihadapi pada investasi besarnya pada Salomon Inc. pada tahun 1991. Karena suatu masalah, salah satu perusahaan yang dibelinya, Treasury, mengalami kebangkutan.

Warren Buffet yang Kaya akan Sifat Kedermawanan

Selain kaya akan kemampuan bisnis serta harta, Warren Buffett juga dikenal sebagai orang yang kaya akan rasa perikemanusiaan alias dermawan. Saking luar biasa dermawannya, Warren Buffett bahkan mendonasikan hampir seluruh kekayaannya untuk amal pada Juni 2006.

Sekitar 85 persen dari sumbangan amal ini diberikan untuk the Bill and Melinda Gates Foundation. Di tahun 2014, yayasan ini bahkan menerima hingga 185 juta saham dari Berkshire Hathaway dengan nilai pasar saat itu adalah US$28.3 billion.

Dengan nilai donasi sebesar itu, apa yang dilakukan Warren Buffet menjadi sumbangan amal terbesar yang pernah ada dalam sejarah Amerika Serikat. Di tahun 2010, Buffett and Gates mengumumkan bahwa mereka membentuk kampanye The Giving Pledge, yang bertujuan untuk mengajak lebih banyak para dermawan untuk beramal secara individu.

Hal menarik dari pemikiran Buffett adalah seperti apa yang ia ungkapkan dalam wawancaranya dengan Charlie Rose di 2006. Ia menyatakan “I don't believe in dynastic wealth.” Atau ia tidak percaya dengan kekayaan turunan. Ia lebih percaya bahwa orang yang mewarisi kekayaan hanyalah bagian dari klub keberuntungan.

Karena apa yang ia yakini ini, ia menyatakan bahwa ia tidak ingin mewariskan keberuntungan sejenis ini kepada anak -anaknya. Warren Buffett juga orang yang taat pajak dan bahkan membayar pajak lebih tinggi dari biasanya.

Hal menarik lainnya, adalah sifat kesederhanaannya. Meski ia telah memiliki begitu banyak kekayaan, tapi kehidupan yang ia jalani masih berupa kehidupan yang sederhana. Ia tidak membeli rumah dengan tampilan yang luas, mewah dan dilengkapi perabotan mewah lainnya. Gaya hidup kesehariannya pun masih sederhana.

Padahal, sejak tahun 1985 saja, ia sudah merupakan seorang milyader dan dinobatkan Forbes sebagai orang terkaya di Amerika. Apalagi, pada bulan Maret 2016, nilai kekayaannya mencapai lebibh dari $65 billion.

Warren Buffet diserang Kanker Prostat

Tahun 2012, Buffett harus menghadapi gangguan kesehatan yang serius. Ia didiagnosa menderita kanker prostat. Di usianya yang sudah sangat tua, ia masih semangat untuk mendapatkan kesembuhan. Ia pun menjalani rangkaian perawatan radiasi pada Juli 2012. Dengan berbagai usaha, ia akhirnya berhasil menyelesaikan perawatannya pada November 2012.

Setelah bergulat melawan penyakitnya, Warren Buffet yang dinyatakan sebagai pria terkaya di dunia versi Forbes ini masih bersemangat kembali menekuni bisnisnya. Pada Februari 2013, Buffet membeli H. J. Heinz dan 3G Capital senilai $28 billion.

Kemudian, Berkshire Hathaway menambahkan investasinya di perusahaan baterai Duracell dan Kraft Foods Group, serta merger dengan Heinz di tahun 2015. Penggabungan perusahaan -perusahaan ini menjadikan Berkshire Hathaway menjadi perusahaan makanan dan minuman terbesar ketiga di Amerika Utara.

Kehidupan Pribadi Warren Buffet

Istri pertama Warren Buffet, Susan, meninggal di tahun 2004. Ia kemudian menikah kembali dengan Astrid Menks, yang menurut New York Times, telah ia kenal selama 20 tahun lamanya. Sebetulnya, Warren dan Susan sudah lama hidup terpisah, yakni sejak tahun 1970. Tapi, selama itu mereka tidak pernah bercerai. Susan bahkan mengetahui hubungan Warren dengan Astrid dan menerimanya.

Meski demikian, Warren Buffet masih menggunakan nama istri pertamanya sebagai sebuah yayasan, yakni The Susan Thompson Buffett Foundation. Ia juga berjanji untuk secara perlahan mendonasikan hingga 99% dari sahamnya di Berkshire Hathaway stock, lewati The Susan Thompson Buffett Foundation.

Salah satu prinsip hidup Warren yang selalu ia pegang, dan banyak dianggap menarik adalah :

Rule No. 1: Never lose money. Rule No. 2: Never forget rule No.1.” yang artinya :“Aturan pertama : Jangan pernah kehilangan uang. Aturan kedua : Jangan pernah melupakan nomer 1.”“Risk comes from not knowing what you're doing.”“You only have to do a very few things right in your life so long as you don't do too many things wrong.”
 Referensi:
1. http://www.biography.com/people/warren-buffett-9230729
2. http://www.investopedia.com/university/warren-buffett-biography/
3. http://www.forbes.com/sites/katevinton/2016/12/09/warren-buffett-becomes-worlds-second-richest-person-after-nearly-8-billion-surge-in-his-fortune-since-election-day/#7946ead47d1d
*Penulis: Hasna Wijayati