Tips Singkat Mendidik dan Mencerdaskan Anak (Dari Segi Usia)

Setiap orangtua pastinya mempunyai cita-cita agar anaknya kelak ketika mencapai umur dewasa bisa tumbuh sukses, cerdas, pintar dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Cita-cita seperti ini bukanlah angan-angan semata. Karena orangtua-lah yang pertama kali menjadi ‘tempat sekolah’ dari anak tersebut, terutama ibunya.

Orangtua tidak boleh hanya mengandalkan sekolah, guru, ataupun tempat kursus atau les, guna mendidik dan mencerdaskan anaknya. Karena kunci utama pendidikan anak itu berasal dari keluarga, lingkungan rumah dan yang ada sekitarnya.

Untuk mengetahui bagaimana cara mendidik anak dari segi usia ini memang memerlukan perhatian khusus. Karena setiap tahapan umur mempunyai kelebihan sendiri yang harus dikembangkan dan dibina. Nah, pada kajian kali ini, akan dibahas mengenai cara singkat mendidik dan mencerdaskan, atau bisa juga sebagai cara mengetahui dan mengembangkan bakat si anak.

1. Ketika Baru Lahir atau Nol Sampai Umur Enam Tahun

Dalam tahap awal seperti ini sebaiknya orangtua memperlakukan anaknya ibarat sebagai seorang raja. Karena batas usia sampai enam tahun ini adalah masa-masa emas. Artinya anak-anak yang tumbuh pada masa ini, mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu cepat.

Permainan-permainan yang sangat beragam, tentu akan membantu sensor-sensor yang ada di tubuhnya. Mulai sensor otak, yang merangsang kecerdasan, kepintaran, keintelektualan anak, juga serta sensor sentuh, yang bisa membuat anak tersebut merasakan apa saja yang ada disentuhnya atau apa saja yang ada disekitarnya.

Bahkan orangtua pun harus mengalah pada anak yang ada pada usia nol sampai enam tahun ini. Umur nol sampai enam tahun ini mempunyai efek yang sangat mendalam bagi si anak. Oleh karena itulah orangtua harus bersikap lemah lembut, mengenalkan apa itu kasih sayang, memanjakan anak, atau menuruti kemauan anak tersebut.

Intinya membuat anak merasa senang, nyaman, aman dan terlindungi dari berbagai sesuatu yang mengancam diri si anak. Adapun ketika anak pada usia nol sampai enam tahun ini berbuat nakal atau tidak sesuai dengan kehendak orangtuanya. Usahakan untuk tidak memarahi dan tidak memukulnya, karena anak-anak di usia tersebut memang belum mau banyak larangan pada dirinya.

Orangtua harus mengetahui bahwa ketika anak-anak berada pada usia tersebut, tentu jaringan pada otak juga sedang mengalami perkembangan, dan ketika anak tersebut dimarahi, dilarang, dibentak oleh orangtuanya pastinya juga akan merusak jaringan-jaringan yang juga terdapat pada otak anak tersebut. Sehingga si anak tidak bisa tumbuh secara maksimal dan tidak bisa merasakan di waktu kecilnya.

2. Ketika Anak Menginjak Usia Tujuh sampai Empatbelas Tahun

Dalam tahap ke dua ini, orangtua diharapkan mengawasi penuh tingkah laku dan gerak-gerik si anak. Ajaklah mereka untuk mengenal lebih luas untuk mengenal dunia luar rumah, atau bisa membimbingnya melalui aplikasi smartphone, yang senantiasa dikontrol.

Ajarkanlah pada anak-anak di usia tujuh sampai empatbelas tahun ini untuk mengenal agama. Juga tempat tidur yang terpisah dari orangtuanya. Perlakukan anak-anak seperti seorang pembantu. Hal ini untuk melatih sikap mandiri pada anak tersebut.

Juga latihlah agar anak-anak tersebut patuh, taat, dan hormat pada orangtuanya, atau pada yang lainnya yang lebih tua darinya. Sehingga dari diri anak tersebut juga muncul sikap sopan dan santun. Ketika anak mencapai umur ini, orang tua boleh memukul dan memarahi anak, ketika tidak mau patuh dan taat pada orangtuanya. Selama itu semua bersifat mendidik, dan tidak sampai mencederai anak.

Anak yang berada pada tahap kedua ini, dianjurkan untuk dilatih hidup mandiri, supaya kelak bisa mengatur pola hidup kesehariannya dan hubungan emosionalnya dengan orang lain, juga bertanggung jawab atas apa saja yang sudah dilakukannya. Oleh karena itu segera ingatkan anak ketika melakukan hal-hal yang kurang baik dan tidak benar.

3. Ketika Anak Berlanjut pada Usia 15 sampai 21 Tahun

Di usia-usia ini yang perlu diperhatikan oleh orangtua adalah tingkah laku sehari-harinya. Karena pada usia 15  sampai 21 tahun ini, seorang anak sudah mulai bergaul dengan lingkungan luar sekitar, baik sekitar rumah, di area sekolah, ataupun di masyarakat lain, yang bisa berbeda dengan kondisi rumahnya. Jika anak-anak tersebut mempunyai pergaulan dan hubungan yang baik bisa jadi membantu orangtua untuk mendidiknya, tetapi jika tidak bisa jadi sebaliknya.

Jadikankah anak-anak yang pada tahap umur ini, seperti teman, atau sahabat. Karena pada tahap ini seorang anak sudah mulai berfikir tentang apa saja yang akan dihadapinya. Termasuk tidak mematuhi apa yang diperintah oleh orangtuanya alias mulai berani dan punya sikap berontak.

Dalam hal ini orangtua harus mempunyai pendekatan yang baik dan benar. Supaya bisa memberikan pengarahan terhadap anak ketika melakukan kesalahan. Ibarat api bertemu air tentu akan hasilnya akan beda ketika api bertemu api yang bisa membuat api tersebut semakin besar.

Tunjukkan pada si anak bahwa sebagai orangtua, bisa memiliki arti teman atau sahabat yang setia mendengarkan, sehingga anak tidak mudah gundah gulana plus galau. Karena anakpun juga butuh tempat curhat. Terlebih ketika memasuki masa-masa pubertas pada umur-umur ini.

Meskipun sudah ‘berjalan’ sendiri usahakan untuk menjadi teman baik dan bisa tetap menjadi teladan yang baik, sehingga anak tidak mudah melanggar norma-norma kehidupan yang baik. Kalaupun anak-anak tersebut berbuat salah dan kurang baik, entah di luar maupun di dalam lingkungan keluarga, tetap jagalah harga diri anak tersebut dengan baik.

Janganlah memarahi anak di hadapan kakak-kakaknya atupun adik-adiknya.Karena memarahi anak di hadapan kakak adiknya , juga bisa menurunkan harga diri anak tersebut, dan hilangnya rasa percya diri atau bahkan bisa berakibat lain-lainnya.

Demikianlah tips atau cara singkat dalam mendidik dan mencerdaskan pola pikir anak ditambah dengan mengontrol emosi seorang anak. Semoga dengan tips singkat di atas bisa membantu dan memberikan sedikit gambaran pentingnya menjaga komunikasi orangtua dengan anaknya.

 sumber:
  1. id.wikipedia.org
  2. ummi-online.com
  3. Software Kamus Besar Bahasa Indonesia v. 1.1
*Penulis: Abdul Wahid