Strategi Pengelolaan Risiko dalam Kegiatan Bisnis

Dalam kehidupan sehari -hari, kita tidak akan terlepas dari adanya risiko. Intensitas risiko yang harus dihadapi ini pun akan semakin meningkat ketika kita melakukan kegiatan bisnis. Ada banyak potensi risiko yang harus dihadapi dalam bisnis.

Meski kita tidak akan terlepas dari adanya risiko, tapi bukan berarti bahwa kita harus menghindari kegiatan bisnis tersebut dan sama sekali melepaskan risiko yang ada. Sebab, Anda bisa melakukan pengelolaan risiko untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko tersebut.

Cara Mengkalkulasi Besaran Risiko

Jika Anda sudah mempunyai usaha, maka Anda bisa dengan mudah melakukan kalkulasi atau perhitungan tentang seberapa besar risiko yang mungkin terjadi. Cara yang bisa Anda gunakan untuk mengkalkulasi besaran risiko, yakni :

  • Temukan seberapa sering suatu risiko terjadi (FREKUENSI terjadinya risiko atau probability -risiko)
  • Tentukan dampak yang ditimbulkan dari risiko yang terjadi (DAMPAK)
  • Hitung kemungkinan prediksi kerugian, dengan menggunakan formula :

FREKUENSI X DAMPAK

Sebagai contoh, perhatikan data berikut :

Anda mempunyai risiko terjadinya pencurian barang dagangan. Lalu, Anda melakukan identifikasi. Potensi terjadinya risiko pencurian barang tersebut adalah 5 kali dalam 1 bulan. Untuk setiap kejadian pencurian barang tersebut, maka rata -rata Anda merugi Rp 200.000.

Dari informasi ini, Anda bisa menghitung prediksi besarnya kerugian yang dihadapi dari risiko pencurian barang dagangan tersebut selama satu bulan. Perhitungannya, yakni :

= 5 x Rp 200.000 = Rp 1.000.000

Artinya, dalam satu bulan, ada kerugian risiko pencurian barang dagangan yang berpotensi menyebabkan Anda mengalami kerugian senilai Rp 1.000.000.

Strategi Pengelolaan Risiko

Dari setiap tipe risiko yang harus dihadapi di daftar prioritas Anda, Anda bisa mengatasinya dengan strategi pengelolaan risiko. Setidaknya, ada empat pilihan strategi pengelolaan risiko yang bisa dilakukan, yakni : dikontrol, ditransfer ke pihak lain, dibiayai sendiri, dan dihindari.

1. dikontrol (Risk Control)

Risiko yang dikontrol ini artinya Anda melakukan upaya -upaya agar probabilitas terjadinya risiko yang telah diidentifikasi menjadi berkurang. Mengontrol risiko ini juga dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang mungkin terjadi.

Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengontrol risiko ini dapat meliputi : membuat dan mengimplementasikan standard operating procedure (SOP) yang baik, melakukan pengontrolan dengan serius terhadap kualitas produk dan proses, melengkapi area produksi dengan berbagai alat keselamatan kerja yang diperlukan, serta mengintroduksi budaya sadar risiko pada seluruh karyawan.

2. ditransfer ke pihak lain (Risk Transfer)

Strategi pengelolaan risiko dengan cara ditransfer ke pihak lain ini dilakukan dengan upaya -upaya yang secara sadar dengan jalan memindahkan risiko yang dihadapi terhadap pihak lain. Untuk melakukan hal ini, dapat dilakukan dengan memindahkan risiko terjadinya kebakaran toko pada perusahaan asuransi.

Cara lain semisal untuk memindahkan risiko terkait meningkatkan beban biaya tetap pegawai, hal ini bisa dilakukan dengan kontrak outsourcing. Selain itu, untuk memindahkan risiko tingginya modal kerja kepada konsumen, ini bisa diatasi dengan jalan meminta pembayaran di awal, atau dengan memindahkan risiko tingginya biaya persediaan ke tangan supplier.

3. dibiayai sendiri (Risk Retention)

Dibiayai sendiri atau risk retention ini adalah strategi pengelolaan risiko yang dilakukan dengan upaya -upaya mendanai dampak yang mungkin ditimbulkan oleh risiko. Maksudnya, konteks mendanai risiko ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan menyiapkan dana cadangan (allowance) khusus guna mendanai risiko, atau tanpa membuat dana cadangan.

Dengan membuat dana cadangan, hal ini dapat menimbulkan risiko baru, yakni terganggunya kegiatan bisnis yang sudah direncanakan sebelumnya. Sebagai contoh, terdapat risiko kebakaran dari toko yang kita tempati.

Apabila kebijakan pengelolaan risiko adalah dibiayai tanpa ada dana cadangan, maka bisa jadi dana yang seharusnya digunakan untuk ekspansi usaha akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko tersebut. Karenanya, ekspansi pun bisa gagal dilakukan.

4. dihindari (Risk Avoidance)

Pengelolaan risiko dengan dihindari, yakni suatu tindakan yang dilakukan secara sadar untuk menghindari risiko yang dihadapi. Sebagai contoh, apabila selama satu minggu ke depan ada prediksi hujan akan turun dengan lebat, maka apabila Anda memiliki bisnis restoran, Anda akan disarankan untuk menghindari penjualan berbagai macam minuman dingin atau aneka es.

Hal ini dilakukan lantaran kemungkinan dari penjualan produk -produk minuman dingin atau es ini akan menurun atau tidak akan laku. Tapi, perlu pula diingat, bahwa sebagai wirausaha, apabila Anda terlalu sering melakukan penghindaran terhadap risiko, ini bisa berdampak terhadap lambatnya perkembangan usaha Anda.

Kenapa demikian? sebab, bisa saja terdapat banyak kesempatan atau peluang yang terlewatkan ketika Anda memilih usaha penghindaran risiko ini. Karenanya, menejemen pengelolaan risiko ini tetap harus dipilih dengan sebijak mungkin beserta berbagai pertimbangannya.

Pada tahapan pengelolaan risiko, Anda bisa memilih untuk menggunakan salah satu metode pengelolaan risiko yang disebutkan di atas. Bisa juga Anda mengkombinasikan dari beberapa metode yang ada.

Tips Praktis Mengelola Risiko untuk Pemula

Bagi Anda para wirausahawan pemula, Anda bisa menggunakan beberapa tips dan trik praktis untuk mengelola risiko -risiko yang mungkin terjadi. Berikut adalah beberapa tips praktis mengelola risiko untuk pemula dalam bisnis.

  • Pahami bahwa risiko yang dihadapi bukan penghambat bagi Anda untuk maju. Risiko justru mesti diambil sebagai bentuk konsekuensi karena Anda menginginkan suatu hal yang lebih baik atau suatu keberhasilan tertentu. Semakin tinggi hasil yang diinginkan, maka semakin besar pula risiko yang harus dihadapi dan dikelola.
  • Jangan panik. Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mengidentifikasi risiko apa yang berpotensi untuk muncul. mulailah dari lingkungan yang ada di sekitar Anda untuk melakukan identifikasi risiko. Bisa juga identifikasi risiko dilakukan dengan melihat hubungan dengan para pemasok, pelanggan, atau pun pesaing.
  • Dari risiko yang sudah teridentifikasi, maka Anda bisa menentukan seberapa sering risiko tersebut mungkin muncul.
  • Tentukan seberapa besar potensi dampak yang mungkin terjadi dari risiko yang telah diidentifikasi tadi.
  • Siapkan langkah -langkah mitigation risk, hanya untuk risiko yang dominan atau pada prioritas saja. Ini dilakukan karena banyak hal yang mesti dilakukan dalam bisnis. Jika terlalu fokus pada risiko -risiko yang bukan prioritas, maka waktu Anda justru akan habis dan membuat Anda jadi ragu -ragu atau takut dalam melanjutkan bisnis.
  • Untuk melakukan mitigation risk, pastikan Anda mampu menghitung dengan benar biaya yang harus dikeluarkan untuk mengelola risiko. Pastikan pula manfaat yang diperoleh dari pengelolaan risiko tersebut bisa lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Referensi :

Harington, Scott R dan Gregory R Niehaus. 2004. Risk Management and Insurance 2nd. New York : McGraw Hill.

*Penulis: Hasna Wijayati

Materi lain: