Kemunculan Spionase Ekonomi Pasca Perang Dingin

Gerakan spionase muncul semakin santer ketika era perang dingin. Kubu barat yang didalangi oleh Amerika Serikat dan kubu timur yang didalangi oleh Uni Soviet berlomba -lomba secara rahasia untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari pihak lawan.

Perang dingin rupanya telah membuat begitu banyak agen rahasia dari barat dan dari timur tersebar di kubu lawannya. Tentu saja masing -masing kubu tidak ingin kekurangan informasi mengenai kubu lawan. Dengan informasi yang diperoleh, masing -masing pihak bisa melakukan antisipasi terhadap berbagai kemungkinan terburuk jika sewaktu -waktu perang dingin berubah menjadi perang terbuka.

Pergeseran dari Spionase Militer Menuju Spionase Ekonomi

Ketika perang dingin berakhir, banyak ahli yang menduga bahwa gerakan spionase ini akan berangsur -angsur surut, atau bahkan berakhir. Namun rupanya, ketika perang dingin benar -benar berakhir, hal ini tidak lantas mengakhiri gerakan spionase.

Spionase atau kegiatan untuk mengumpulkan informasi secara rahasia ini nyatanya terus saja berlangsung. Hanya saja, fokus dari spionase ini berubah. Jika pada era perang dingin gerakan spionase fokusnya adalah spionase militer, maka pasca perang dingin gerakan ini berubah menjadi spionase ekonomi.

Pasca perang dingin, tatanan dunia mulai mengarah pada interdependensi ekonomi politik internasional yang semakin meningkat. Bahkan, pesaingan ekonomi tumbuh dengan semakin sengit. Hal ini lah yang kemudian mendorong banyak negara industri melakukan spionase industrial sebagai taktik untuk mendapatkan informasi dan teknologi.

Apalagi, untuk memulai spionase ekonomi ini bukanlah hal sulit. Sudah ada banyak agen rahasia di Amerika, maupun di negara bekas Uni Soviet. Mereka telah membangun jaringan kontak dan sudah sangat lihai dalam seni mata -mata serta mengumpulkan informasi secara rahasia.

Bahkan, spionase sebagai taktik industrial bagi negara dan bisnis ini pun juga memunculkan banyak bisnis jasa dengan spesialisasi layanan intelegen, kontra -intelegen dan jasa keamanan lain. Layanan ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah maupun pebisnis swasta sekali pun.

Kegiatan Spionase Ekonomi di AS

Sebuah laporan menyatakan bahwa Biro Investigasi Federal AS (FBI) bersusah payah dalam menyelidiki kasus -kasus kegiatan intelegen asing yang mencuri informasi mengenai keramik, robotika, bio -genetika, dan produk teknologi canggih lain yang dikembangkan di AS.

FBI memperkirakan setidaknya ada 30-an negara yang melakukan kegiatan spionase ekonomi di AS. Di antara negara -negara tersebut termasuk Perancis, Inggris, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Jerman, Israel, dan Swedia. Padahal, negara -negara tersebut selama ini dianggap sebagai sekutu AS.

Lantas, bagaimana bentuk kegiatan spionase ekonomi yang mungkin dilakukan? Termasuk yang dilakukan oleh pemerintah AS sendiri, bentuk kegiatan spionase yang dituduhkan meliputi :

  • penyadapan secara elektronik,
  • menyadap fasilitas hotel dan pesawat terbang eksekutif perusahaan besar seperti IMB dan Boeing,
  • menyogok pengusaha AS dengan umpan pelacur terlatih untuk intelegen,
  • infiltrasi pada kantor anggota Kongres dan bahkan di Kantor Presiden,
  • mengorganisasikan jaringan mata -mata berkaitan dengan operasi keamanan dan intelegen asing,
  • merekrut mata -mata dalam militer AS,
  • memantau jaringan ‘database’ dari perusahaan -perusahaan besar.

Informasi yang diketahui menyebutkan bahwa Tiongkok setidaknya telah membentuk tiga lembaga untuk memantau kegiatan intelijen asing. Sementara Jepang mempunyai sebuah sekolah intelijen ekonomi, dan Jerman mempunyai sebuah sekolah “computer -hacking” yang berbasis di Frankfurt.

Spionase Ekonomi Melalui Komputer

Komputer menjadi salah satu alat paling utama dalam kegiatan spionase ekonomi era kini. Para pakar dalam bidang spionase industrial menyatakan bahwa sekitar 75 % informasi ekonomi dapat diperoleh dengan mudah melalui komputer, publikasi, serta jurnal penelitian dan bisnis.

Abad informasi seperti sekarang ini, membuat hampir semua informasi dapat diakses dengan memanfaatkan komputer. Sebaliknya, kondisi ini pun sudah disadari oleh para perusahaan besar. Karenanya, tak sedikit pula perusahaan besar yang melakukan upaya untuk mengelabuhi mata -mata lawan dengan menggunakan metode kontra intelegen.

Hal ini misalnya dilakukan dengan mendaftarkan paten palsu atas penemuan yang dilakukan, atau memberikan beragam informasi palsu dan menyesatkan lain. Berakhirnya perang dingin memang telah menggeser konflik internasional dari isu keamanan tradisional menjadi berpusat pada isu persaingan ekonomi.

Bahkan, dinas rahasia AS, CIA pernah mendapatkan tuduhan dari Perancis karena telah menyogok pejabat Perancis untuk mendapatkan informasi mengenai posisi Perancis dalam perundingan perdagangan.

Apakah Spionase Ekonomi adalah Tindak Kejahatan?

Kegiatan mata -mata dalam gerakan spionase ekonomi ini pun dapat dilakukan dalam bentuk yang “diluar kepatutan”. Sebagai contoh, dengan memanfaatkan kesempatan kunjungan anak -anak sekolah dasar ke suatu pabrik dengan maksud “melakukan pengintaian” terhadap pabrik tersebut.

Karena kegiatan spionase ekonomi banyak yang dilakukan dalam bentuk “diluar kepatutan”, hal ini pun memunculkan pertanyaan, “Apakah tindakan spionase ekonomi adalah tindak kejahatan atau sekedar merkantilisme defensif?”

Sayangnya, jawaban dari pertanyaan ini adalah hal yang amat sulit. Tindakan ini didorong oleh globalisasi produksi dan bisnis yang kian ramai seiring dengan peningkatan jumlah, ukuran serta pengaruh dari perusahaan multinasional. Interdependensi ekonomi membuat negara -negara sangat bergantung pada bagaimana kegiatan ekonomi yang berlangsung di negaranya.

Negara -negara umumnya mungkin enggan menerapkan regulasi terhadap perusahaan -perusahaan multinasional yang ada. Namun, para pejabat pemerintah dan pelaku bisnis meyakini bahwa jaminan keamanan bagi negara mereka, sangat terkait dengan keberhasilan dari perusahaan nasional dan perusahaan multinasional mereka.

Referensi :

  • Balaam, David N dan Micahel Veseth. 1996. Introduction to International Political Economy. Upper Saddle River, NJ : Prentice -Hall.
  • Thurow, Lester. 1992. Head to Head : The Coming Economic Battle Among Japan, Europe, and America. New York : William Morrow.
  • Fallows, James. 1994. Looking at the Sun. New York : Pantheon.
*Penulis: Hasna Wijayati

Materi lain: