Sejarah Perkembangan Teori Diplomasi Ekonomi

Sejarah Perkembangan Teori Diplomasi Ekonomi

Kegiatan diplomasi dapat berlangsung dalam lingkup yang sangat luas. Perkembangan diplomasi juga terus memunculkan konsep –konsep diplomasi baru oleh para ahli dan pengamat kegiatan hubungan internasional. Salah satu diplomasi yang mengalami perkembangan secara pesat adalah bentuk diplomasi ekonomi.

Kemunculan dan perkembangan diplomasi ekonomi ini banyak dipicu oleh pergeseran arah kerjasama internasional yang juga mulai banyak berfokus pada ranah ekonomi. Perdagangan internasional semakin ramai dan orientasi ekonomi negara –negara di dunia juga semakin kental.

Era globalisasi mengantarkan negara-negara menjadi semakin akrab dengan perdagangan lintas negara. Karenanya, penting bagi para pengamat hubungan internasional untuk memahami bagaimana teori diplomasi ekonomi untuk menjelaskan fenomena-fenomena terkait.

Pengertian Diplomasi

Menurut G. R. Berridge, pengertian diplomasi merupakan aktivitas politik yang memungkinkan para aktornya mengejar kepentingan mereka, serta mempertahankan kepentingannya lewat negosiasi, dengan tanpa menggunakan paksaan, propaganda, atau pun hukum.

Di dalam Diplomasi, terdapat suatu proses komunikasi antar entitas yang memangku kepentingan yang dirancang secara khusus untuk mencapai kesepakatan, baik secara implisit maupun eksplisit, formal maupun informal. Komunikasi dan pencapaian tujuan ini dapat dilakukan melalui cara –cara seperti : mengumpulkan informasi, klarifikasi tujuan dan juga dengan memunculkan itikat baik (Chambell, 2015 : 5).

Diplomasi tradisional dan diplomasi modern

Berdasarkan pada rentang masa dan konsep dasar, maka perkembangan diplomasi saat ini dapat dibagi ke dalam dua macam. Pertama adalah diplomasi tradisional, dan kedua adalah diplomasi modern.

Adapun pengertian diplomasi tradisional adalah aktivitas kenegaraan yang di dalamnya mencakup kebijakan luar negeri, yang diperankan secara utama oleh kerangka formal negara beserta perwakilannya, dan tujuannya seringkali adalah dalam rangka pembentukan perdamaian dan resolusi konflik.

Diplomasi tradisional ini adalah konsep diplomasi yang dikenal dalam dunia internasional sebelum era 1960-an. Lalu, setelah tahun 1960-an, melalui momentum perang dingin yang berlangsung antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, konsep diplomasi yang dikenal ini mulai berkembang atau mengalami pergeseran arah (Barston, 2014 : 9).

Perkembangan diplomasi yang terjadi merupakan bentuk penyesuaian pola hubungan internasional terhadap kepentingan dan situasi global, sehingga memunculkan konsep diplomasi modern. Pada diplomasi modern, substansi yang dicakup lebih luas dari diplomasi tradisional.

Perbedaan mendasar dari diplomasi tradisional dan diplomasi modern terletak pada segi aktor diplomasi hingga lingkup tujuan pelaksanaannya. Pada diplomasi modern, aktiviatasnyaa tidak lagi hanya dipandang sebagai aktivitas yang semata -mata dilakukan oleh negara beserta perwakilannya formalnya saja.

Diplomasi modern mencakup aktor hubungan internasional yang bisa merupakan aktor bukan negara, seperti organisasi internasional, perusahaan multinasional, kelompok kepentingan bahkan termasuk juga individu (Barston, 2014 : 7).

Fokus permasalahan yang dibahas juga tidak hanya terkait kepentingan perdamaian atau penyelesaian konflik kenegaraan saja, melainkan bisa merambah ke berbagai topik, seperti minyak, cuci uang, sumber daya, kerusakan ozon, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan, kesehatan juga lingkungan.

Perbedaan lain, pada diplomasi tradisional prosedurnya menggunakan protokoler kompleks, sedangkan pada diplomasi modern, prosedur yang dilakukan bisa secara lebih fleksibel tanpa protokoler (Roberts, 2009 : 4).

Perkembangan Diplomasi Ekonomi

Dalam buku Diplomacy Between The Wars, Liebmann menyebutkan bahwa diplomasi modern berkembang karena adanya faktor pertumbuhan ekonomi yang kuat. Perkembangan kapitalisme adalah faktor utama yang dianggap berperan paling besar dalam perubahan arah diplomasi ini (Liebmann, 2008).

Selain itu, ada juga pengaruh perkembangan teknologi yang pesat, yang juga mengakibatkan informasi dan komunikasi berjalan dengan sangat mudah. Akibatnya, proses diplomasi dan hubungan yang terjadi antar individu atau kelompok dari suatu negara dengan negara lain, bisa berlangsung dengan lebih mudah.

Para aktor ekonomi, yang bukan perwakilan negara akan lebih mudah untuk terlibat dalam diplomasi, terutama dalam rangka untuk memperjuangkan kepentingannya. Para kapitalis yang memiliki posisi tawar tinggi ini pada akhirnya mampu mempengaruhi proses diplomasi, serta pengambilan kebijakan dari suatu negara.

Dalam perkembangannya, perusahaan-perusahaan multinasional muncul sebagai aktor hubungan internasional dengan kekuatan besar dalam berdiplomasi. Perusahaan –perusahaan ini bahkan mampu bersanding dengan negara untuk membuat tatanan baru dalam sistem internasional, terkait aktiviats ekonomi.

Besarnya pengaruh ini dikarenakan besarnya pula pengaruh sektor ekonomi terhadap pembangunan industri dan infrastruktur dari negara. Hal ini membuat perusahaan privat dapat mempengaruhi kebijakan negara serta dapat berpengaruh dalam pengelolaan ekonomi negara.

Kondisi ini lantas memunculkan konsep baru dalam diplomasi, yakni diplomasi ekonomi. Jika dirunut dari prosesnya, diplomasi ekonomi banyak dipengaruhi oleh kehadiran globalisasi. Globalisasi yang berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan dan kondisi negara –negara yang saling terkoneksi dan mengalami ketergantungan satu sama lain.

Pada kondisi seperti inilah, diplomasi ekonomi menjadi instrumen yang sangat penting dalam membangun hubungan internasional yang bermutu. Aspek ekonomi menjadi penting karena aspek ekonomi adalah hal penting bagi kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara, yang juga berarti hal tersebut termasuk kepentingan negara.

Kondisi ini menempatkan diplomasi ekonomi pada era modern menjadi pusat dari kegiatan diplomasi suatu negara. Jarak antara politik tradisional dan diplomasi ekonomi pun kini kian sempit, hingga memunculkan istilah “economical diplomacy”. Istilah ini menggambarkan bagaimana kegiatan politik dan ekonomi menjadi berkaitan sangat erat dalam kegiatan diplomasi suatu negara (Baranay, 2009 : 4).

Peran Pemerintah dalam Diplomasi Ekonomi

Diplomasi ekonomi yang muncul akibat globalisasi ekonomi ini penting untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah suatu negara dan para elit ekonomi negara dalam pengambilan kebijakan terkait. Negara dituntut untuk dapat berperan dalam merancang kebijakan yang lebih spesifik demi mengakomodasi kepentingan para aktor diplomasi ekonomi non negara, agar tetap sejalan dengan kepentingan nasional.

Pemerintah bahkan juga perlu dapat terlibat dalam edukasi dan pelatihan terhadap masyarakat yang hendak atau sudah terlibat dalam diplomasi ekonomi. Sebab, tidak setiap elemen masyarakat yang terlibat dalam diplomasi ekonomi ini paham betul tentang cara berdiplomasi dan juga bagaimana mencapai kepentingan nasional.

Dengan adanya pendampingan dan pembimbingan, diharapkan masyarakat secara luas bisa ikut menjalankan diplomasi ekonomi dengan cara –cara terbaik dan memperoleh hasil terbaik (Manasserian, 2017).

Fenomena pergeseran arah diplomasi tradisional menuju modern ini tak lain karena adanya dorongan dari ekonomi global. Ekonomi global menyajikan perubahan mendasar terhadap bentuk, metode, alat dan prinsip dari diplomasi ekonomi ini.

Lantas, pengaruh diplomasi ekonomi pun meluas hingga ke berbagai ranah kehidupan masyarakat dan negara, sehingga pada akhirnya juga menuntut lebih banyak aktor untuk terlibat di dalamnya.

Hal ini dapat dilihat dari para aktor diplomasi ekonomi kini yang kebanyakan bukan lagi berupa alat –alat negara atau pun organisasi internasional, melainkan aktor ekonomi regional, organisasi finansial, institusi khusus, perusahaan privat, dan organisasi non pemerintah seperti kamar dagang dan persatuan bisnis, dan termasuk juga individu. Alat, kebijakan dan teknik diplomasi pun juga menjadi lebih modern (Calsetous, 2013).

Kegiatan diplomasi secara nyata juga dapat mendukung proses negosiasi bilateral, multilateral atau pun negosiasi internasional. Pemerintah suatu negara dapat mengambil peran penting dalam proses negosiasi ini dengan memanfaatkan informasi dan kegiatan diplomasi ekonomi yang telah dilakukan keseluruhan aktor, baik negara maupun non negara.

Hal –hal ini pun dapat menjadi landasan sebagai pertimbangan dalam upaya merumuskan kebijakan dan kerjasama internasional, serta mengelola permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat umum demi mencapai kepentingan nasional (Manasserian, 2017).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa beberapa peran pemerintah dalam diplomasi ekonomi meliputi :

  1. Merancang kebijakan yang lebih spesifik demi mengakomodasi kepentingan para aktor diplomasi ekonomi non negara, agar tetap sejalan dengan kepentingan nasional.
  2. Edukasi terhadap masyarakat yang hendak atau sudah terlibat dalam diplomasi ekonomi.
  3. Memanfaatkan informasi dan kegiatan diplomasi ekonomi yang telah dilakukan keseluruhan aktor, baik negara maupun non negara.
  4. Merumuskan kebijakan dan kerjasama internasional, serta mengelola permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat umum, berdasarkan kegiatan diplomasi ekonomi, demi mencapai kepentingan nasional.

Demikianlah uraian tentang teori diplomasi ekonomi, bagaimana sejarah diplomasi ekonomi, perkembangan diplomasi ekonomi hingga saat ini, serta peran negara dalam diplomasi ekonomi. Semoga artikel ini bermanfaat dan selamat belajar.

Referensi :

  1. Baranay, Pavol. 2009. Modern Economi Diplomacy. Latvia : Publications of Diplomatic Economic Club.
  2. Barston, RP. 2014. Modern Diplomacy. New York : Routledge.
  3. Calestous, Juma. 2013. Africa and Brazil at the Dawn of New Economic Diplomacy. The Belfer Center for Science and International Affairs, Kennedy School of Government.
  4. Campbell, Francis. 2015. Has the Globalization Changing the Nature of Diplomacy? Cambridge : St. Edmund’s College.
  5. Manasserian, Tatoul. 2017. Economic diplomacy: from theory to real life. Research Center ALTERNATIVE.
  6. Roberts, Sir Ivor. 2009. The Development of Modern Diplomacy. London : Oxford University.
*Penulis: Hasna Wijayati

Bacaan lain: