Inspirasi dari Berlin Timur dan Berlin Barat : Balasan Kebaikan untuk Kejahatan

Di era perang dingin, dunia banyak mengalami perpecahan. Begitu pula yang terjadi di Jerman. Kubu Uni Soviet dan Kubu Amerika Serikat yang menjadi musuh utama telah membuat Jerman jadi terpecah dua bagian dan memunculkan Jerman Barat atau Berlin Barat dan Jerman Timur atau Berlin Timur.

Pada masa perselisihan ini, Berlin Barat berada di bawah kekuasaan Amerika Serikat sementara Berlin Timur berada di bawah kendali Uni Soviet. Yang menarik, meski keduanya berada di tempat yang saling berdampingan dan sangat dekat, akan tetapi kondisi dari kedua wilayah ini sangatlah berbeda.

Berlin Barat yang berada di bawah dominasi Amerika Serikat rupanya sukses membuat para penduduknya hidup makmur dan kaya raya. Di sana, mereka mendapatkan aneka makanan yang berlimpah, lengkap dengan kehidupan yang serba berkecukupan.

Sementara itu, masyarakat di Berlin Timur hidup sangat miskin. Banyak di antara para penduduknya yang sulit mendapatkan makanan sehat dan bergizi. Berbagai kebutuhan hidup lain pun harus dipenuhi dengan susah payah.

Dipicu Rasa Iri

Dengan kondisi kehidupan yang begitu nelangsa, tentu menjadi hal yang wajar jika penduduk Berlin Timur merasa iri terhadap penduduk Berlin Barat yang begitu makmur dan kaya. Rasa iri ini pun turut melahirkan pemikiran -pemikiran buruk yang hingga akhirnya juga memicu terjadinya perbuatan yang buruk pula.

Penduduk Berlin Barat yang sudah dibakar rasa cemburu ini pun sepakat untuk mengumpulkan sampah -sampah dari dalam negerinya. Untuk apa sampah -sampah ini? Ya, tentu saja mereka berencana untuk mengumpulkan sebanyak mungkin sampah sehingga bisa dilemparkannya ke Berlin Barat.

Mereka ingin melemparkan amarahnya dan menunjukkan pada penduduk Berlin Barat betapa dengkinya mereka. Betul saja. Setelah banyak sampah terkumpul, penduduk Berlin Timur pun melemparkannya ke wilayah Berlin Barat. Lantas, apakah penduduk Berlin Barat merasa marah akibat perlakuan buruk yang diterimanya dari penduduk Berlin Timur?
Baca juga: Kisah Inspirasi dari Ronald Reagan tentang Tanggung Jawab – Nilai Seekor Ikan

Balas Kejahatan dengan Kebaikan

Rupanya, penduduk Berlin Barat tidak marah -marah menerima kejahatan berupa pelemparan sampah dari Berlin Timur tersebut. Penduduk Berlin Barat bahkan tidak berniat untuk melakukan pembalasan yang serupa, atau bahkan pembalasan yang lebih keji.

Sebaliknya, penduduk Berlin Barat justru tersenyum menerima tindakan buruk ini. Dan sebagai bentuk pembalasannya, mereka tidak memilih membalas kejahatan ini dengan kejahatan pula, melainkan suatu hal yang berkebalikan.

Penduduk Berlin Barat malah sepakat untuk membeli banyak sekali makanan. Ada berbagai makanan enak yang mereka kumpulkan. Makanan -makanan ini dikumpulkan dalam satu truk yang besar. Setelah makanan ini terkumpul, makanan -makanan ini dilemparkan ke Berlin Timur.

Ya! Mereka membalas sampah yang diterima dengan makanan. Namun, di antara kumpulan makanan tersebut, mereka menyelipkannya dengan suatu hal menarik. Bukan bom, melainkan hanya sebuah spanduk.

Yang menarik dari spanduk tersebut adalah tulisan yang tertera di atasnya, yakni :

“Terima kasih untuk pemberian kalian. Kita memang hanya bisa memberikan suatu hal yang kita miliki. Karena kalian telah memberi apa yang kalian miliki, saatnya kami memberikan apa yang kami miliki.”

Hmm, bagaimana rasanya jika kamu adalah bagian dari penduduk Berlin Timur dan mendapatkan pesan seperti itu? Penduduk Berlin Timur pun merasa sangat malu. Benar saja kalau mereka hanya mempunyai sampah sehingga itulah yang bisa diberikan.
Jika Anda menderita karena perlakuan tidak adil seseorang yang jahat, maka ampunilah dia. Jika tidak, akan ada dua orang yang jahat” - Augustine.

Sejak saat itu, penduduk Berlin Timur tak pernah lagi membuang sampah -sampah dan kotoran -kotoran lain ke Berlin Barat, hingga tiba saat mereka bersatu dan berdamai.

Bukankah apa yang dilakukan Berlin Barat adalah suatu pembalasan yang elegan? Memberikan makanan pada penduduk Berlin Timur tentu bukan suatu kejahatan bukan?

Alangkah baiknya bila kita pun dalam bersikap di kehidupan sehari -hari juga bisa bersikap bijak dan elegan ketika mendapat perlakukan buruk. Dan di antara semua pilihan balasan yang ada, balasan kebaikan dan mengampuni adalah pilihan terbaik.

Referensi :

Saputra, Imelda. 2016. Inspirasi 5 Menit. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.