Belajar Doa Iftitah (Bacaan dan Macam Versi Riwayatnya) Disertai Arab, Latin dan Terjemahannya

Dalam menjalankan ibadah shalat, tentu saja seorang muslim harus mengetahui beberapa bacaan yang harus dibaca setelah takbir pada rakaat pertama atau takbiratul ihram. Bacaan yang pertama kali yang dibaca setelah melantunkan takbiratul ihram ini tentu saja adalah doa iftitah (doa pembuka).

Bacaan doa iftitah ini tentu saja diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada umatnya dan tentu saja melalui para sahabat, kemudian para tabi’in, tabi’in tabi’in dan para ulama, hingga akhirnya sampai kepada kita semuanya yang mempelajarinya.

Meskipun tidak dihukumi wajib, tentu akan sangat baik bagi kita, jika kita juga mau ikut membacanya. Hal ini karena arti dalam doa iftitah tersebut sangatlah bermakna dan berharga jika kita mengetahui isi kandungannya. Baik itu dalam shalat wajib ataupun shalat sunnah.

Lalu, seperti apa bacaan doa iftitah itu. Berikut ini bacaan doa iftitah yang sering penulis jumpai, baik itu dalam buku-buku materi ajaran agama Islam di sekolah ataupun dalam materi pengajian pada sebuah komunitas ataupun masyarakat.

Versi Pertama

Doa iftitah versi pertama ini diriwayatkan oleh Imam Muslim yang mana haditsnya bersumber dari Abu Hurairah ra. Adapun doanya adalah sebagai berikut:

اللّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ، اللّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ

 “Allaahumma baa’id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa’adta bainal masyriqi wal maghrib. Allaahumma naqqinii minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas. Allaahummaghsil khathaayaaya bil maa-i wats tsalji wal barad”

Artinya:

“Ya Allah, jauhkan antara diriku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah diriku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, basuhlah diriku dari kesalahan-kesalahanku dengan, es, air dan salju”.  

Baca juga: Doa Setelah Shalat Dhuha

Versi Kedua

Doa iftitah versi kedua ini diriwayatkan oleh Imam Muslim yang mana haditsnya bersumber dari ‘Ali bin Abi Thalib ra. Adapun doa iftitahnya adalah sebagai berikut:

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا (مُسْلِمًا) ، وَمَا أَنَا مِنَ  الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِين

Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha
haniifan musliman wamaa anaa minal musyrikiin. inna shalaatii wa nusukii wa
mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil ‘aalamiina. laa syariikalahu wa bidzaalika
umirtu wa ana minal muslimiin.”

Artinya:

“Aku menghadap kepada Tuhan Pencipta langit dan bumi, dengan memegang agama yang lurus  (muslim) dan diriku tidak tergolong orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku dan hidupku serta matiku adalah untuk Allah. Tuhan seru sekalian alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan karena itu, diriku diperintah dan diriku termasuk orang-orang muslim.

Adapun bacaan doa iftitah versi yang kedua di atas, jika ingin lebih melengkapinya maka dilanjutkan dengan membaca.

اَللّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ،

وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ،  تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ»

Artinya:

Ya Allah, Engkau adalah Raja, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Engkau, engkau Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu, aku menganiaya diriku sendiri, aku mengakui dosaku (yang telah kulakukan). Oleh karena itu, ampunilah dosa-dosaku, sesungguhnya tidak akan ada yang mengampuni dosa-dosaku, kecuali Engkau.

Dan tunjukkanlah diriku pada akhlak yang terbaik, (yang) tidak akan menunjukkan kepadanya kecuali Engkau. Hindarkanlah diriku dari akhlak yang jahat, tidak akan ada yang bisa menjauhkanku daripadanya, kecuali Engkau, aku penuhi panggilan-Mu dengan kegembiraan, seluruh kebaikan di kedua tangan-Mu, kejelekan tidak dinisbahkan kepada-Mu, aku hidup dengan pertolongan dan rahmat-Mu, dan kepada-Mu (aku kembali). Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi, aku memohon ampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu” .

Versi Ketiga

Doa iftitah versi ketiga ini diriwayatkan oleh Imam Muslim yang mana haditsnya bersumber dari Ibnu ‘Umar ra. Adapun dalam riwayat Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah juga terdapat hadits yang semakna.

Adapun doa iftitah versi ketiga ini adalah sebagai berikut:

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Allaahu akbar kabiira(n), wal hamdulillaahi katsiira(n), wa subhanaallaahi bukrataw wa ashiila(n).

Artinya:

“Allah Maha Besar lagi sempurna Kebesarannya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, dan Maha Suci Allah sepanjang waktu pagi dan sore.”

Jika kita mau baca dan pelajari, tentu saja doa iftitah versi ketiga inilah yang merupakan doa iftitah yang terpendek, dan tentu saja mudah untuk kita hafalkan.

Demikianlah penjelasan mengenai tentang doa iftitah beserta beberapa versi dan riwayat yang dapat dicantumkan di atas. Semoga kita semua bisa menghafalkannya dan syukur bisa kita amalkan, sehingga membuat amal ibadah shalat kita menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.   

Semoga bermanfaat dan bisa kita amalkan dalam keseharian ibadah shalat kita sehari-hari.

Sumber:

Moh. Rifai, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: Thoha Putra), 1976
Said bin Ali al-Qahtani, Kumpulan Doa dalam Al-Qur’an & Hadits (terj), (Riyadh: Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah), 2017
Muslim bin al-Hujjaj, Shahiih Muslim, (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabiy),tt, (diambil dari software al-Maktabah al-Syamilah v. 3.48)

*Penulis: Abdul Wahid