Majas Paralelisme: Pengertian, Ciri Khas, Tujuan, dan 22 Contoh
Majas paralelisme adalah salah satu jenis majas yang sangat menarik. Bagi Anda yang menyukai sajak, puisi ataupun syair, tentu Anda sering membaca tulisan yang memiliki kekhasan serupa dengan majas paralelisme, meski mungkin tidak tahu bahwa jenis tulisan itu termasuk majas paralelisme. Agar lebih jelas, mari kita kenali seperti apa majas paralelisme dan simak contoh berikut ini.
Pengertian Majas Paralelisme
Majas paralelisme adalah gaya bahasa yang menekankan pengulangan struktur kalimat atau frasa dalam sebuah karya sastra, terutama dalam puisi. Pengulangan ini digunakan untuk menekankan makna atau memberikan efek ritmis dan estetis. Pengulangan dapat dilakukan di awal, tengah, atau akhir kalimat.
Jika pengulangan dilakukan di awal kalimat, disebut anafora, sedangkan jika pengulangan berada di akhir, disebut epifora. Majas paralelisme sering digunakan untuk menyampaikan pesan dengan lebih kuat, mendalam, dan indah.
Ciri-Ciri Majas Paralelisme
- Pengulangan Frasa atau Kata: Ada pengulangan kata atau struktur yang serupa dalam satu atau lebih kalimat.
- Ritme yang Konsisten: Pengulangan menciptakan alur ritmis yang khas, terutama dalam puisi.
- Memiliki Unsur Penegasan: Membantu menekankan poin penting yang ingin disampaikan.
- Penuh Makna Emosional: Paralelisme sering digunakan untuk menggugah perasaan atau emosi pembaca.
Tujuan Penggunaan Majas Paralelisme
- Memberikan Penekanan: Membuat pembaca lebih mudah memahami dan mengingat gagasan utama.
- Meningkatkan Estetika Bahasa: Menjadikan karya lebih indah dan menarik untuk dinikmati.
- Membangun Ritme: Menciptakan pola yang menyenangkan secara auditif dan visual.
- Menguatkan Emosi: Membantu menyampaikan pesan dengan lebih mendalam dan menyentuh.
22 Contoh Majas Paralelisme
1.Hati yang bersih itu memaafkan.
Hati yang besar itu memahami.
Hati yang luhur itu mencintai.
2.Kehidupan adalah anugerah.
Kehidupan adalah ujian.
Kehidupan adalah perjalanan.
3.Ketulusan adalah kekuatan.
Ketulusan adalah cahaya.
Ketulusan adalah keajaiban.
4.Aku adalah harapan.
Aku adalah mimpi.
Aku adalah keinginan.
5.Kita belajar dari masa lalu.
Kita bekerja untuk masa kini.
Kita berharap untuk masa depan.
6.Senyum itu indah.
Senyum itu damai.
Senyum itu memikat.
7.Langit itu luas.
Langit itu tenang.
Langit itu penuh misteri.
8.Bintang itu memandu.
Bintang itu menyala.
Bintang itu memberi harapan.
9.Alam itu menyembuhkan.
Alam itu menenangkan.
Alam itu mengajarkan.
10.Hidup itu belajar.
Hidup itu berjuang.
Hidup itu bersyukur.
11.Buku adalah jendela.
Buku adalah guru.
Buku adalah sahabat.
12.Cinta itu mendengar.
Cinta itu mengerti.
Cinta itu memberi.
13.Hari ini adalah peluang.
Hari ini adalah tantangan.
Hari ini adalah anugerah.
14.Matahari itu hangat.
Matahari itu cerah.
Matahari itu kehidupan.
15.Kata-kata bisa menyembuhkan.
Kata-kata bisa melukai.
Kata-kata bisa menginspirasi.
16.Damai itu sejuk.
Damai itu tenang.
Damai itu menentramkan.
17.Air itu murni.
Air itu bening.
Air itu menyejukkan.
18.Keberanian itu melawan.
Keberanian itu bertahan.
Keberanian itu berkorban.
19.Musik adalah suara hati.
Musik adalah pelipur lara.
Musik adalah keajaiban jiwa.
20.Ibu adalah cinta.
Ibu adalah pelindung.
Ibu adalah kekuatan.
21.Rasa syukur itu membahagiakan.
Rasa syukur itu menenangkan.
Rasa syukur itu menyehatkan.
22.Persahabatan itu saling memahami.
Persahabatan itu saling mendukung.
Persahabatan itu saling menguatkan.
Majas paralelisme memberikan kesan harmonis dan menyentuh emosi pembaca atau pendengar. Pengulangan struktur atau frasa yang konsisten membuat karya sastra terasa hidup, penuh makna, dan estetis.
Karena jenis majas ini banyak digunakan dalam syair atau sajak, kali ini kita akan menyajikan beberapa contoh karya popular yang menggunakan majas ini.
1. Puisi: Aku
Karya: Chairil Anwar
Terbit: 1943
Penggalan:
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Pengulangan frasa "Aku ini binatang jalang" menunjukkan paralelisme yang kuat, mempertegas identitas dan rasa keterasingan si penyair.
2. Puisi: Doa
Karya: Chairil Anwar
Terbit: 1943
Penggalan:
Tuhanku,
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku,
Aku mengembara di negeri asing
Pengulangan kata "Tuhanku" di awal setiap bait menciptakan suasana doa yang mendalam dan emosional. Ini adalah contoh paralelisme dalam bentuk anafora.
3. Puisi: Hujan Bulan Juni
Karya: Sapardi Djoko Damono
Terbit: 1994
Penggalan:
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
Pengulangan frasa "Tak ada yang lebih..." di setiap bait menunjukkan paralelisme, yang digunakan untuk menegaskan sifat unik hujan bulan Juni.
4. Puisi: Di Hadapan Rahasia
Karya: WS Rendra
Terbit: 1957
Penggalan:
Hidup adalah keberanian
Hidup adalah perlawanan
Hidup adalah penantian
Pengulangan frasa "Hidup adalah" menggambarkan pandangan hidup dengan pendekatan filosofis dan ritme yang indah.
Majas paralelisme dalam puisi-puisi di atas memberikan kesan yang mendalam dan memperkuat daya tarik estetis karya. Gaya ini banyak digunakan oleh penyair besar untuk menghidupkan suasana dan menegaskan makna. Semoga dengan adanya contoh-contoh ini, Anda bisa lebih mengenali majas paralelisme ya.
Share jika artikel ini bermanfaat.
*Penulis: Hasna Wijayati
Posting Komentar untuk "Majas Paralelisme: Pengertian, Ciri Khas, Tujuan, dan 22 Contoh"
Jangan lupa tinggalkan komentar, jika konten ini bermanfaat. Terima kasih.