Mengenal Parsimoni: Seni Menyederhanakan Tanpa Kehilangan Makna

Bagi yang update dengan kondisi media sosial baru-baru ini, kalian mungkin sudah mendengar kata “parsimoni”. Nah, tahu gak sih, apa itu? Dalam dunia ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sosial, ada sebuah konsep yang sering disebut sebagai "parsimoni." 

Walaupun terdengar asing bagi banyak orang, parsimoni sebenarnya adalah salah satu prinsip dasar yang sangat penting dalam memahami dan menyusun teori-teori ilmiah, loh. Lalu, apa itu parsimoni, dan mengapa konsep ini begitu penting? Mari kita bahas lebih dalam yuk. 

Parsimoni

Apa itu Parsimoni?

Parsimoni secara harfiah berarti “sederhana” atau “hemat.” Dalam konteks ilmu pengetahuan, parsimoni merujuk pada prinsip bahwa teori atau penjelasan yang paling sederhana adalah yang paling mungkin benar, asalkan teori tersebut tetap dapat menjelaskan fenomena yang diamati secara memadai. 

Jadi, gampangnya nih, daripada membuat penjelasan yang terlalu rumit dengan banyak asumsi yang tidak perlu, parsimoni mengajarkan kita memilih teori yang paling sederhana namun tetap efektif.

Istilah parsimoni sangat populer dalam filsafat ilmu, dan sering dikaitkan dengan apa yang disebut sebagai "Pisau Ockham" (Ockham's Razor). Prinsip ini diambil dari pemikiran seorang filsuf abad pertengahan bernama William of Ockham. Dia berpendapat bahwa ketika kita menghadapi berbagai penjelasan tentang sesuatu, kita harus memilih penjelasan yang menggunakan asumsi paling sedikit.

Mengapa Parsimoni Penting?

Bayangkan jika Anda sedang mencoba memecahkan misteri atau memahami fenomena yang kompleks. Semakin banyak asumsi yang Anda buat, semakin besar kemungkinan asumsi-asumsi tersebut salah atau tidak relevan. Tentu hal ini bukan yang diingatkan. Nah, Parsimoni membantu kita menyaring penjelasan yang paling efisien dan dapat diuji secara ilmiah.

Misalnya, jika ada dua teori tentang penyebab inflasi di sebuah negara, teori pertama menyebutkan bahwa inflasi disebabkan oleh peningkatan permintaan barang dan jasa, sementara teori kedua menambahkan belasan variabel lain seperti pengaruh cuaca, kebiasaan belanja masyarakat, dan fenomena astronomi. Meskipun teori kedua tampak lebih lengkap, teori pertama yang lebih sederhana mungkin lebih tepat, selama mampu menjelaskan fenomena inflasi dengan baik.

Parsimoni dalam Kehidupan Sehari-Hari

Prinsip parsimoni sebenarnya tidak hanya berlaku dalam ilmu pengetahuan saja, loh. Kita juga bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam membuat keputusan, kita sering dihadapkan pada berbagai pilihan yang rumit. Dengan menggunakan prinsip parsimoni, kita bisa lebih fokus pada faktor-faktor utama yang benar-benar relevan, daripada membiarkan diri kita terjebak dalam terlalu banyak pertimbangan yang tidak penting.

Contoh lainnya adalah saat kita mencari penyebab masalah dalam sebuah perangkat elektronik. Jika laptop Anda tidak menyala, ada banyak kemungkinan penyebab: mungkin baterainya habis, ada kerusakan pada perangkat keras, atau mungkin tombol dayanya rusak. Prinsip parsimoni menyarankan untuk memeriksa hal yang paling sederhana terlebih dahulu, seperti apakah baterainya sudah terisi, sebelum memikirkan masalah yang lebih kompleks.

Kritik Terhadap Parsimoni

Namun, penting untuk diingat bahwa parsimoni bukanlah segalanya. Kadang-kadang, penjelasan yang lebih rumit memang diperlukan untuk memahami fenomena yang kompleks. Ada kalanya dunia nyata tidak bisa dijelaskan hanya dengan teori yang sederhana. Oleh karena itu, meskipun parsimoni adalah alat yang berguna, kita harus berhati-hati untuk tidak mengabaikan detail yang penting hanya demi kesederhanaan.

Jadi, kesimpulannya…. 

Parsimoni adalah prinsip yang membantu kita untuk tidak berlebihan dalam menyusun teori atau penjelasan. Dengan memilih penjelasan yang paling sederhana namun tetap kuat, kita bisa lebih efisien dalam memahami dunia di sekitar kita. Baik dalam ilmu pengetahuan maupun kehidupan sehari-hari, parsimoni mengajarkan kita untuk fokus pada inti masalah dan menghindari kerumitan yang tidak perlu. Simple dan mudah kan?

Jadi, ketika Anda dihadapkan pada berbagai penjelasan atau solusi, cobalah untuk menerapkan prinsip parsimoni. Pilihlah yang paling sederhana dan efektif—seringkali, itulah yang paling dekat dengan kebenaran.

Kalua ada yang mudah, ngapain pilih yang susah. Jadi, kamu sepakat dengan parsimoni?

Referensi:

  • Sober, Elliott. Ockham's Razor: A New Science of Explanation. Cambridge University Press, 2015.
  • Kuhn, Thomas S. The Structure of Scientific Revolutions. University of Chicago Press, 1962.
  • Popper, Karl R. The Logic of Scientific Discovery. Routledge, 2002.
  • "Simplicity." Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2017, https://plato.stanford.edu/entries/simplicity/. Diakses 12 September 2024.
  • Eells, Ellery, dan Sober, Elliott. "Occam's Razor in Science and Medicine." Philosophy of Science, vol. 53, no. 1, 1986, pp. 100-118.

*Penulis: Hasna Wijayati

Posting Komentar untuk "Mengenal Parsimoni: Seni Menyederhanakan Tanpa Kehilangan Makna"