Abu al-Qasim al-Zahrawi- Ahli Bedah Terbaik di Dunia
Pada abad ke 10 Islam telah mencapai masa keemasan. Tepat di sebelah Barat Daya Cordoba, Provinsi Andalusia, Spanyol dibawah naungan Kekhalifahan Dinasti Umayyah Abdurrahman III wilayah ini mulai tumbuh menjadi pusat-pusat peradaban dan kegiatan intelektual. Kemudian diikuti munculnya para ilmuwan-ilmuwan muslim terbaik dibidangnya.
Pada tahun 350 H masa kepemimpinan Abdurrahman III dilanjutkan oleh putranya Al-Hakam II. Al-Hakam II dipercaya sebagai penerus sang ayah karena ia telah lama ikut serta berkontribusi dalam pemerintahan ayahnya.
Dikenal sebagai seorang cendekiawan yang begitu mencintai ilmu pengetahuan, ia juga masyhur sebagai negarawan yang cinta perdamaian. Tidak hanya sebagai penerus, ia juga mampu mempertahankan masa keemasan Islam dibawah kepemimpinan Abdurrahman III. Bahkan dibawah kepemimpinan Al-Hakam II daulahnya semakin jaya.
AL-Hakam II sangat familiar sosoknya sebagai seorang yang berbakat dan terpelajar. Dalam masa kepemimpinannya ia telah melakukan sejumlah terobosan hampir disetiap bidang keilmuwan. Hal ini dilakukan sebagai wujud kepedulian kepada rakyat supaya dapat hidup sejahtera.
Kedudukan rakyat sebagai sumber daya manusia dianggap sangat penting karena akan berpengaruh terhadap peradaban selanjutnya. Melalui lembaga-lembaga pendidikan gratis, Al-Hakam II memastikan bahwa rakyatnya dapat hidup layak.
Dengan fasilitas pendidikan yang memadai, di wilayah ini telah melahirkan para ilmuwan-imuwan muslim terkemuka. Abu al-Qasim al-Zahrawi misalnya. Di negara-negara Barat ia dikenal sebagai Abulcasis atau Alsabaravius. Qasim lair di kota Azahara yang letaknya 8 km disebelah Barat Laut, Cordoba, Andalusia.
Di Cordoba, Qasim mengabiskan masa-masa mudanya untuk belajar dan mengajar bidang ilmu yang ia tekun yakni ilmu kedokteran. Prestasinya dalam ilmu kedokteran menarik perhatian Istana untuk menjadikannya tabib Istana. Ia juga dikenal sebagai ahli kimia Andalusia kontemporer terkemuka.
Kecakapan dan kejeniusan yang dimiliki Qasim menjadikannya mampu menguasai berbagai bidang. Sebagai ilmuwan kedokteran, ia begitu berbakat dalam ilmu bedah dan pengobatan. Dalam ilmu bedah ia telah banyak menemukan 26 alat bedah yang belum pernah ada dimasa-masa sebelumnya. Sementara itu teori-teori pengobatan yang ia kembangkan sampai saat ini masih digunakan sebagai rujukan.
Pengetahuannya Qasim kini didapatkan dari ketekunan membaca teks-teks medis sebelumnya dan pengalaman pribadinya sendiri :
“ Keterampilan apa pun yang saya miliki, saya telah memperoleh untuk diri saya sendiri dengan membaca panjang buku-buku para leluhur dan keingintahuan saya untuk memahami mereka sampai saya mengambil pengetahuan itu dari mereka. Kemudian sepanjang hidup saya, saya telah berpegang teguh pada pengalaman dan praktik. Saya telah membuatnya dapat diakses untuk Anda dan menyelamatkannya dari jurang kegelisahan. "
Kitab Al-Tasrif Liman Ajiza’an Ta’lif Rujukan Para Dokter di Dunia
Kitab Al-Tasrif Liman Ajiza’an Ta’lif merupakan bukti bahwa Abu al-Qasim al-Zahrawi memiliki reputasi tinggi dalam peradaban dunia. Muncul sebagai Ensiklopedia Kedokteran dengan ketebalan mencapai 1.500 halaman ini telah menjadi rujukan ilmu bedah Barat. Kitab ini tersusun atas 30 jilid yang memuat berbagai macam topik menarik seputar medis, termasuk ilmu bedah yang diklasifikasikan secara rinci dalam setiap jilidnya. Sketsa-sketsa alat bedah yang jumlahnya kurang lebih 200 menghiasi setiap lembar kitab ini.
Pada mulanya kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerald dari Cremone dan diterbitkan di Venice, Italia pada tahun 1497. Kemudian diikuti negara-negara Eropa lainnya seperti di Strassburg (Jerman) pada tahun 1532, di Basle (Swiss) pada tahun 1541, dan di Oxford (Inggris) pada tahun 1778. Al-Tasrif juga diterjemahkan ke dalam bahasa Provensal (Provence, daerah Perancis selatan) hingga Hibrani.
Pada bagian awal kitab ini, Qasim menyampaikan alasannya menyelesaikan kitab fenomenal ini. Qasim memiliki pandangan bahwasannya ilmu bedah dalam peradaban Islam masa itu kurang berkembang. Ditambah kedudukan seorang dokter masih terbilang rendah. Hal ini ia pahami sebagai kurangnya pengetahuan mengenai anatomi dan kesalahpahaman mengenai fisiologi manusia.
Setiap jilid yang termuat dalam kitab Al-Tasrif memperkenalkan ide-ide menarik dalam temuan Qasim. Tiga hal bagian terakhir yang paling berpengaruh luas dari kitab ini adalah mengenai ilmu bedah. Pada jilid bagian terakhir dalam kitab ini lebih memperkenalkan pada ide-ide baru seperti pembakaran luka, bagaimana menghancurkan batu dalam ginjal dan perlunya vivisecttion dan dissection (penguraian bagian tubuh makhluk hidup dan mati dengan pembedahan).
Dibagian jilid lainnya juga menguraikan mengenai pembedahan yang diperuntukan bagi ilmu kebidanan dan keperawatan bedah telinga, mata, dan gigi. Disamping itu kitab Al-Tasrif juga mengupas berbagai macam tehnik bedah. Sejumlah 325 jenis penyakit juga dibahas secara detail bagaimana gejala yang dirasakan dan cara pengobatannya.
Kontribusi dalam Bidang Kedokteran
Penemuan Alat bedah
Abul Qasim Al-Zahrawi dalam sejarah peninggalannya telah banyak menemukan alat-alat bedah yang sebelumnya belum dikenal dunia. Ada pisau bedah, sendok bedah, retractor, kuret, penjepit, spekula, dan juga instrumen yang dirancang dalam tehnik yang ia ciptakan yaitu kauterisasi dan ligatur. Qasim juga menemukan kait dengan ujung ganda untuk dipakai dalam operasi. Kemudian cagut atau benang bedah yang sampai saat ini masih dipakai dengan berbagai inovasi seiring kemajuan zaman.
Alat bedah lainnya yang diklaim sampai saat ini masih berguna seperti alat pengorek dengan ujung spons yang digunakan untuk membuang benda-benda asing yang akan memasuki saluran pernapasan. Kemudian pasak-duga yang digunakan untuk pemeriksaan internal jalan air seni. Dan yang tidak kalah familiarnya adalah pegas pendengaran.
Farmologi
Pada bidang farmakologi, Abul Qasim Al-Zahrawi telah menjadi pelopor penyiapan obat-obatan yang diuraiakan secara rinci. Adapun obat tersebut dipersiapkan dengan cara sublimasi dan distilasi (penghalusan dan penyulingan). Sebagai wujud dedikasinya, Qasim mengklasifikasikan ilmu farmakologi dalam bukunya terbagi dalam 28 Bab. Buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul Liber Servitoris. Buku ini menjadi rujukan para herbalis Eropa untuk mendapatkan resep manjur dalam menangkal berbagai penyakit.
Gigi
Disamping reputasinya yang begitu tinggi dalam ilmu bedah, Abu al-Qasim al-Zahrawi juga merupakan seorang ahli gigi. Ia juga menulis buku dan memperkenalkan ilustrasi alat-alat perawatan gigi yang berguna untuk menggoyangkan, melonggarkan dan mencabut gigi. Dikenal sebagai dokter gigi yang jenius, ia mampu mengganti gigi yang sakit dengan gigi palsu.
Dalam bukunya ia juga mengenalkan pencabut urat gigi, uulsella berguna untuk membuang bagian-bagian dari rahang, serta kawat halus dari emas dan perak yang digunakan untuk mengikat gigi. Selain itu ia juga memberi penjelasan terperinci mengenai operasi perbaikan gigi dan dampaknya terhadap kerusakan wajah.
Kosmetik
Satu Bab menarik dalam ensiklopedia medis karangan Abu al-Qasim al-Zahrawi adalah penjabaran mengenai kosmetik. Qasim menjadikan kosmetik sebagai salah satu cabang kedokteran yang ia sebut dengan Adwiyat al-Zinah (Obat Kecantikan). Beragam kosmetik yang ia kembangkan seperti parfum, aromatik dan dupa. Selain itu ia juga menemukan sebuah batang beraroma wangi yang digulung dan ditekan dalam cetakan khusus yang dikenal dengan anteseden (sekarang serupa lipstik).
Penghargaan Terhadap Dedikasi Abu al-Qasim al-Zahrawi dalam Dunia Kedokteran
Diakui Sebagai Ahli Bedah Terbaik di Eropa
Dedikasi penuh Abul Qasim Al-Zahrawi dalam dunia kedokteran merupakan suatu reputasi tertingginya. Ketekunan dan sikap profesionalitas yang ia miliki mampu merubah peradaban dunia, terutama dalam bidang kedokteran. Maka tidak heran pujian kagum sering mengunggulkan namanya.
Abu al-Qasim al-Zahrawi dikenal sebagai ahli bedah abad pertengahan yang risalahnya paling sering dikutip. Donald Campbell, seorang sejarawan kedokteran Arab, menggambarkan pengaruh Al-Zahrawi di Eropa sebagai berikut ; Pertama, pada abad ke 14, ahli bedah Prancis Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif lebih dari 200 kali. Kedua, Pietro Argallata menggambarkan Qasim sebagai “ kepala dari semua ahli bedah. ” Ketiga, kontribusi pemikiran-pemikiran Qasim dalam ilmu kedokteran telah berpengaruh luas ke Renaissance, dibuktikan dengan referensi yang sering dilakukan oleh Al-Tasrif oleh ahli bedah Prancis Jacques Dalechamps (1513-1588).
Namanya Abadi Sebagai Jalan Kehormaan di Cordoba
Usai Abu al-Qasim al-Zahrawi wafat pada tahun 1013 M, tanah kelahirannya kerap terjadi penjarahan dan penghancuran. Walaupun kini Cordoba tidak lagi dikenal sebagai pusat intelektual, namun nama Qasim abadi sebagai nama penghormatan sebagai “ Calle Albucasis. ” Di jalan ini dia tinggal dirumah No. 6, yang sampai hari ini oleh Dewan Pariwisata Spanyol dirawat dan dipasang dengan sebuah plakat perunggu (diberikan pada Januari 1977) yang berbunyi: “ Ini adalah rumah tempat tinggal Al-Zahrawi. ”
Sumber :
1. Abu Al-Qasim Al-Zahrawi Arabian Physician, diakses dari https://peoplepill.com/people/abu-al-qasim-al-zahrawi/*Penulis: Tiara Sari
2. Ahmad, Jamil. 2003. Seratus Muslim Terkemuka. Jakarta : Pustaka Firdaus.
3. Raditya, Iswara N. 2017. Al-Zahrawi, Mahaguru Dokter Bedah Sedunia, diakses dari https://www.google.com/amp/s/amp/tirto.id/al/zahrawi-mahaguru-dokter-bedah-sedunia-cpuV
4. Vo, Adrev. 2018. Abu al Qasim Al-Zahrawi: Mahaguru Dokter Bedah Sedunia. Cordova Media. 8 mins.