Ekonomi Makro: Sejarah, Pengertian, Fokus Pembahasan, dan Persamaan serta Perbedaannya dengan Ekonomi Mikro
Studi ekonomi modern diawali dari kajian ekonomi mikro. Lalu dalam perkembangannya, kajian ekonomi mikro dianggap tidak cukup mampu dalam menjawab berbagai permasalahan ekonomi, terutama dalam tingkat yang lebih luas. Hal inilah yang menuntut adanya kajian ilmu baru di luar ekonomi mikro, atau yang biasa disebut ekonomi makro.
Sejarah Ekonomi Makro
Setelah ekonomi mikro populer, sejarah kembali memunculkan urgensi akan kajian ilmu baru berupa ilmu ekonomi makro. Teori ekonomi makro ini dipicu oleh peristiwa Great Depression yang pertama kali terjadi di Amerika Serikat. Great Depression (1929-1933) membuat perekonomian di berbagai negara besar mengalami berbagai masalah besar. Rentetan masalah ekonomi terjadi seperti angka pengangguran yang meningkat, output perekonomian yang berkurang drastis, serta investasi yang merosot tajam.
Kelesuan ekonomi menimpa negara-negara besar karena penerapan liberalisasi ekonomi. Depresi yang berlangsung lama ini pun membuyarkan keyakinan dunia terhadap hipotesis ekonomi klasik yang beranggapan bahwa invisble hand akan bertindak secara otomatis untuk menyeimbangkan pasar. Nyatanya, asumsi ekonomi klasik ini tidak terbukti.
Menyusul peristiwa ini, muncul revolusi Keynes yang ditandai dari terbitnya buku berjudul “The General Theory of Employment, Interest and Money” pada 1936, karya ekonom Inggris, John Maynard Keynes. Dalam bukunya tersebut, Keynes melontarkan pendapatnya untuk memperbaiki keadaan depresi ekonomi yang berlangsung di banyak negara dunia ini.
General Theory yang diungkapkan Keynes terdiri dari dua hal pokok, yakni :
- kritik terhadap kelemahan Teori Klasik yang idealis (utopian) mengenai asumsi pasar, dan terlalu ditekankannya masalah ekonomi pada sisi penawaran.
- usulan untuk pemulihan perekonomian dengan memasukkan peran Pemerintah dalam perekonomian sebagai langkah untuk menstimulir sisi permintaan.
Kedua pokok pikiran Keynes inilah yang kemudian membawa pembaruan radikal dalam ilmu ekonomi. Adapun pembaharuan ilmu ekonomi tersebut meliputi :
- Mulai diperhatikannya dimensi global atau AGREGAT (MAKRO) dalam analisis ilmu ekonomi. Hal inilah yang memicu perkembangan ilmu ekonomi menjadi ilmu ekonomi Makro.
- Dimasukkannya peranan pemerintah ke dalam analisis ilmu ekonomi sehingga hal ini telah menimbulkan asumsi terhadap pentingnya peranan analis kebijakan (Policies Analysis).
- Diperlukannya analisis kebijakan, maka diperlukan pula studi-studi empiris terkait, dalam hal ini adalah terkait kajian kebijakan ekonomi makro.
Dari sejarah inilah, Keynes kemudian dikenal sebagai “Bapak” Ilmu Ekonomi Makro sekaligus sebagai ekonom perintis studi induktif. Sebab, dasar pemikiran analisa ekonomi disempurnakan menjadi tidak hanya pada analisa deduktif, melainkan juga pada analisa induktif.
Pengertian Ekonomi Makro
Pengertian ekonomi makro adalah ilmu ekonomi yang dalam pendekatannya terhadap besaran-besaran ekonomi menggunakan besaran-besaran secara keseluruhan atau agregat. Teori ekonomi makro dapat juga disebut sebagai analisis pendapatan nasional atau teori pendapatan nasional karena fokus kajiannya yang berada dalam lingkup negara.
Alasan Pentingnya Kajian Ilmu Ekonomi Makro
Selain itu, awal mula perkembangan Makro ekonomi ini juga didorong dari beberapa kondisi ekonomi yang tidak bisa dijelaskan dengan menggunakan analisis mikro ekonomi. Adapun hal -hal seperti :
- faktor-faktor yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi suatu negara;
- alasan terjadinya masalah pengangguran di setiap negara;
- alasan terjadinya kenaikan harga-harga yang sering diikuti masalah pengangguran yang serius;
- alasan terjadinya perlambatan ekonomi di suatu negara.
Fokus Pembahasan Ekonomi Makro
Masih ada berbagai pokok permasalahan yang tidak bisa dijawab dengan menggunakan kajian ekonomi mikro. Itu sebabnya dibutuhkan penyempurnaan ilmu ekonomi dengan kajian ekonomi makro. Adapun fokus pembahasan Ilmu Ekonomi Makro meliputi :
- Proses penentuan tingkat kegiatan dalam perekonomian dilihat dari segi demand dan supply;
- Masalah-masalah utama yang seringkali dihadapi dalam setiap perekonomian
- Peranan policy dan campur tangan pemerintah dalam upaya mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi negara;
- Perilaku para agen ekonomi dalam konteks agregat (keseluruhan).
Dalam kajian ilmu ekonomi makro ini, akan banyak dibahas mengenai peran pemerintah atau negara dalam hal ekonomi. Karenanya, dalam ekonomi makro ini akan dibahas pula mengenai kebijakan fiskal dan kebijakan moneter sebagai bagian dari fokus kajiannya.
Kesamaan Ekonomi Mikro dan Makro
Adapun tujuan dari kajian dalam cabang ilmu ekonomi makro ini pada dasarnya sama seperti ekonomi mikro, yakni untuk melihat apakah sudah terjadi alokasi sumber daya ekonomi yang efisien atau belum.
Lalu, jika jawabannya belum, akan dikaji lebih lanjut mengenai apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya. Sedangkan bila sudah, yang dikaji adalah apakah efisiensi tersebut dapat ditingkatkan lagi atau tidak.
Pemerintah dalam Ekonomi Makro
Dalam tata kelola ekonomi makro, pemerintah memegang kendali utama. Adapun fungsi pemerintah dalam tata kelola ekonomi makro, meliputi :
- Fungsi stabilisasi, yakni dalam upaya menciptakan stabilitas ekonomi, sosial, politik, hukum, pertahanan dan keamanan.
- Fungsi alokasi, yakni dalam rangka menyediakan barang dan jasa publik, sebagai contoh pembangunan jalan raya, penyediaan fasilitas penerangan, gedung sekolah, dan infrastruktur lain.
- Fungsi distribusi, yakni dalam upaya mewujudkan pemerataan atau distribusi pendapatan masyarakat.
Secara lebih khusus, terdapat beberapa peran pemerintah dalam ekonomi makro, yang meliputi :
(1) Kebijakan Fiskal
Dalam kebijakan fiskal, pemerintah dapat mengubah penerimaan dan pengeluaran negara demi mencapai stabilitas ekonomi, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penjelasan lebih lengkap silahkan baca artikel kebijakan fiskal.
(2) Kebijakan Moneter
Dalam kebijakan moneter, pemerintah dapat memanfaatkan Bank Central untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar di pasaran dengan tujuan untuk mengendalikan perekonomian. Lebih lanjut silahkan baca artikel mengenai kebijakan moneter.
(3) Kebijakan bukan fiskal dan bukan moneter
Kebijakan makro yang dilakukan pemerintah bisa bukan tergolong fiskal maupun moneter, seperti yang terdiri dari : (a) pengendalian tuntutan kenaikan pendapatan para pekerja; (b) dorongan terhadap pengusaha dalam meningkatkan efisiensi produksi; (c) pengelolaan infrastruktur, (d) pembuatan peraturan-peraturan yang kondusif.
(4) Kebijakan Anggaran
Dalam kebijakan anggaran, pemerintah dapat mengambil peran dalam hal kemungkinan penciptaan uang baru serta pilihan untuk pengadaan pinjaman.
(5) Kebijakan Keuangan Internasional
Pemerintah mengambil peran khusus dalam rangka kebijakan keuangan internasional, seperti dengan melakukan : (a) pemberian subsidi pada industri tertentu dalam rangka proteksionisme, merendahkan, atau menekan harga penjualan; (b) pengawasan terhadap kegiatan ekspor impor serta pengaturan barang untuk mencapai barang stabil; (c) pengadaan persetujuan komoditi; (d) pembukaan investasi asing swasta; (e) pelaksanaan investasi asing pemerintah. Berbagai kebijakan ini pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk memajukan dan melindungi ekonomi dalam negeri.
(6) Kebijakan Perdagangan
Kebijakan perdagangan yang dilakukan pemerintah dapat dilakukan untuk meningkatkan dan menyempurnakan sistem perdagangan, demi mewujudkan tujuan ekonomi nasional, seperti : meningkatkan pendapatan produsen; serta memperlancar arus barang dan jasa yang menguntungkan konsumen.
(7) Kebijakan Penyederhanaan Debirokrasi
Dalam hal ini, pemerintah berperan penting untuk menyederhanakan birokrasi terutama dalam hal perdagangan serta agar dapat menetapkan barang hasil industri pertanian, pertambangan dan lain sebagainya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ekspor, menekan impor serta mendorong investasi baru.
(8) Kebijakan Deregulasi
Melalui kebijakan deregulasi, pemerintah dapat mengusahakan pengurangan peraturan-peraturan yang dapat menghambat peningkatan ekonomi nasional, dengan tujuan untuk menekan tingginya biaya ekonomi serta mengurangi ongkos produksi.
Perbedaan Ekonomi Mikro dan Makro
Ada beberapa perbedaan mendasar yang dapat digunakan untuk membedakan ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro. Berikut adalah beberapa perbedaannya :
# Luas Sempit Pembahasannya
Perbedaan ekonomi mikro dan ekonomi makro secara mendasar terletak pada luas sempitnya pembahasan dari masing-masing kajian. Ekonomi mikro membahas kajian ekonomi pada tataran sempit, sementara ekonomi makro membahas kajian ekonomi pada tataran luas.
Sebagai contoh, jika kita berbicara mengenai perusahaan, permasalahannya dan bagaimana ia bersaing dengan perusahaan lain, artinya kita bicara pada konsep ekonomi mikro. Sedangkan bila kita berbicara tentang seberapa besar investasi asing yang masuk ke Indonesia dalam kurun waktu satu tahun serta bagaimana investasi ini dikelola, artinya kita bicara pada konsep ekonomi makro.
Bila dianalogikan, kita bisa mengibaratkan sebuah hutan beserta pepohonannya. Negara beserta ekonominya adalah hutan dengan pepohonan ini. Jika kita mempelajari tentang pepohonannya, tingkat kesuburannya, buah-buah yang dihasilkan, kondisinya, berarti itu laksana mengkaji hal mikro. Sedangkan bila kita mempelajari tentang hutannya, kesuburan tanahnya, curah hutannya, berarti kita laksana mengkaji hal makro.
# Substansi Pembahasannya
Perbedaan kedua terletak pada substansi pembahasannya. Jika dilihat dari substansi pembahasannya, ekonomi mikro dan makro sama-sama membahas mengenai bagaimana manusia selaku individu yang rasional berupaya mengatasi masalah kelangkaan (Scarcity).
Hanya saja, jika dalam ilmu ekonomi makro upaya manusia ini difokuskan pada analisis yang luas dari sudut pemerintahan suatu negara. Sedangkan dalam ilmu ekonomi mikro, fokus analisis yang digunakan adalah pada perilaku individu seperti; perusahaan (produsen), tenaga kerja dan konsumen, yang terbatas dalam konteks yang lebih sempit, seperti misalnya industri.
# Kesempatan Kerja
Teori ekonomi mikro berasumsi bahwa ketika semua sumber-sumber produktif sudah bekerja atau dipergunakan sepenuhnya (full employed), artinya semua orang dapat bekerja sehingga tidak satu pun orang yang menganggur. Sederhananya, teori ekonomi mikro bertolak dari anggapan dasar bahwa perekonomian sudah berada dalam keadaan full employment.
Sebaliknya dalam teori ekonomi makro, anggapan dasarnya adalah suatu perekonomian tidaklah selalu berada dalam keadaan full employment. Masih dimungkinkan terdapatnya pengangguran (unemployment), sehingga untuk mengatasinya pemerintah perlu bertindak (Ahman & Rohmana, 2009 : 19).
# Penjualan Barang
Teori ekonomi mikro berasumsi bahwa semua barang yang dihasilkan perusahaan pasti terjual habis. Jadi, seberapa banyak barang yang dibuat, masyarakat pasti membelinya habis. Tidak ada barang yang tidak laku terjual. Ini membuat pengusaha selalu berada dalam posisi keseimbangan (equilibrium) dan selalu berhasil meraih keuntungan maksimal dari usahanya.
Sebaliknya, teori ekonomi makro melihat bahwa kemungkinan terjadinya kelebihan produksi selalu ada. Jadi, tidak setiap hasil produksi perusahaan terbeli oleh para pembeli. Ini membuat perusahaan tidak selalu sukses menikmati keuntungan maksimal usahanya karena ada risiko penjualan barang yang tidak penuh (Ahman & Rohmana, 2009 : 19).
Referensi :
1. Ahman, Eeng dan Yana Rohmana. 2009. Konsep-Konsep Dasar Ilmu Ekonomi-Modul 1. Dalam http://repository.ut.ac.id/4094/1/PSOS4104-M1.pdf.
2. 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. Yogyakarta : BPFE.
3. Pracoyo, Tri Kunawangsih dan Antyo Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Jakarta : PT Grasindo.
4. Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : Rajawali Pers.
5. Wahana, Jaka dan Kirbrandoko. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi Jilid I, Terj. Jakarta : Binarupa Aksara.
6. Zaini Ibrahim. 2013. Pengantar Ekonomi Makro. Banten : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Sultan Maulana Hasanudin Banten. 1, edisi Revisi.
*Penulis: Hasna Wijayati
Materi lain: