Pengertian dan Penjelasan Hermeneutika (Upaya Penafsiran Teks)
Hermeneutika itu ???
Sebelum lebih jauh mengenal hermeneutika, ada perbedaan mendasar yang perlu kita ketahui bersama, yakni kalimat hermeneutic dan hermeneutics. Term pertama, hermeneutic membentuk kata sifat yang berarti ketafsiran dan ketakwilan.Dengan demikian hermeneutic lebih spesifik terhadap keadaan atau sifat yang terdapat pada suatu penafsiran.
Adapun term yang kedua hermeneutics adalah kata benda (noun) yang mengandung tiga konotasi:
- ilmu penafsiran
- ilmu untuk mengetahui maksud yang terkandung dalam kata-kata atau ungkapan penulis
- penafsiran khususnya menunjuk kepada penafsiran kitab suci.
Susah - Susah Gampang
Berbicara mengenai hermeneutika, sebetulnya tidaklah semudah menjelaskan satu-dua kalimat saja, hal ini dikarenakan hermeneutika berkaitan dengan ilmu “menafsirkan dan memahami” sebuah teks atau nash.
Lahirnya istilah hermeneutika tidak lepas dari tokoh mitologis yunani kuno yang bernama Hermes yang ditugaskan menerjemahkan pesan-pesan dari dewa di Gunung Olympus ke dalam bahasa manusia. Berdasarkan tugas Hermes itu maka hermeneutika mengandung pengertian "proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti”.
Berangkat dari pemahaman tersebut maka tampak kepada kita bahwa hermeneutika adalah pembahasan tentang kaidah (teori) atau metode yang digunakan untuk memaknai atau menafsirkan suatu teks (pesan) agar didapatkan pemahaman yang benar, kemudian berusaha menyampaikannya kepada audiens sesuai tingkat dan daya serap mereka.
(Mencoba) Menjelaskan Hermeneutika
Dari pengertian di atas, masih banyak pengertian dari para ahli yang berusaha untuk mendefinisikan apa arti hermeneutika sebenarnya, diantaranya adalah sebagai berikut ini:
Pertama, Sumaryono dalam bukunya, menjelaskan bahwa secara etimologis, kata “hermeneutic” berasal dari bahasa Yunani hermeneuein yang berarti “menafsirkan”, dan dari kata hermeneuin ini dapat ditarik kata benda hermeneia yang berarti “penafsiran” atau “interpretasi” dan kata hermeneutes yang berarti interpreter (penafsir)
Kedua, menurut Nurcholis Madjid, hermeneutika ialah pemahaman atau pemberian pengertian atas fakta-fakta tekstual dari sumber-sumber suci (Kitab Suci atau sesuatu yang ‘murni’) sedemikian rupa, sehingga yang diperlihatkan bukanlah hanya makna lahiriah dari kata-kata teks suci itu, tetapi lebih-lebih “makna dalam” (batin, “inward meaning”) yang dikandungnya.
Ketiga, menurut Zygmun Bauman seperti yang dikutip oleh Fahruddin Faiz menjelaskan bahwa, hermeneutika adalah “sebuah upaya menjelaskan dan menelusuri pesan dan pengertian dasar dari sebuah ucapan atau tulisan yang tidak jelas, kabur, remang-remang, dan kontradiktif yang menimbulkan kebingungan bagi pendengar atau pembaca”
Keempat, menurut Hossen Nashr, seperti yang dikutip oleh Komaruddin Hidayat menjelaskan bahwa Hermes tak lain adalah Nabi Idris ‘alaihissalaam yang disebutkan dalam Kitab suci umat Islam (al-Qur’an). Sementara menurut cerita yang beredar di kalangan pesantren, pekerjaan Nabi Idris adalah sebagai tukang tenun, atau menurut riwayat yang lain lagi, sebagai tukang bangunan.
Jika profesi tukang tenun dikaitkan dengan mitos Yunani tentang Dewa Hermes, di sana terdapat korelasi positif. Kata kerja “menenun” atau “memintal” yang dalam bahasa latin adalah tegere, sedangkan produknya disebut textus atau text, memang merupakan isu sentral dalam kajian hermeneutika yang dinisbatkan pada Hermes. Jadi, kata hermeneutika yang diambil dari peran Hermes adalah sebuah ilmu dan seni membangun makna melalui interpretasi rasional dan imajinatif dari bahan baku berupa teks.
Selain dari empat pengertian di atas, masih ada beberapa pengertian lagi tentang apa pengertian hermeneutika, namun yang banyak dipahami oleh banyak orang, adalah hermeneutika sebagai prinsip-prinsip penafsiran kitab suci (principles of biblical interpretation).
‘Membuka’nya Saja yang Berbeda
Ada pembenaran yang bersifat historis terhadap pemahaman ini, karena kata hermeneutika pada era modern memang digunakan untuk mengisi kebutuhan akan panduan dalam penafsiran Kitab Suci.
Akan tetapi, hermeneutika bukanlah isi penafsiran, melainkan metodenya. Perbedaan antara penafsiran aktual (exegesis) dan aturan-aturan, metode-metode, dan teori yang mengaturnya (hermeneutika) sebenarnya sudah ada sejak lama tanpa disadari, baik di dalam refleksi teologis maupun refleksi-refleksi non teologis.
Wallaahu a’lam
Sumber:1. Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005)*Penulis: Abdul Wahid
2. ________________, “Tinjauan Kritis terhadap konsep Hermeneutika” dalam Esensia, Jurnal ilmu-ilmu Ushuluddin, Vol. 2, No. 2, 2001
3. Fahruddin Faiz, Hermeneutika Al-Qur’an Tema-Tema Kontroversial, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2005)
4. Komaruddin Hidayat, Menafsirkan Kehendak Tuhan, (Jakarta: Teraju, 2004)
5. E . Sumaryono, Hermeneutika: Sebuah Metode Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius. 1999),
6. munirdemak.wordpress.com/2012/09/19/tafsir-dan-hermeneutika/ , diakses tanggal 10 Juni 2014
7. id.Wikipedia.org