Kisah Inspirasi Menggelitik untuk Para Mahasiswa dari Soichiro Honda - Inilah Makna Kuliah yang Sesungguhnya
Sudah kenal dengan Soichiro Honda? Kalau menyebut nama Honda, tentu kamu sudah tahu donk, nama besar dari perusahaan otomotif besar asal Jepang ini. Honda adalah salah satu produsen ternama yang banyak digemari oleh para pengguna otomotif di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.
Lihat saja motor -motor yang melaju di jalanan, atau pun mobil -mobilnya. Dengan sangat mudah, kamu akan menemukan motor dan mobil dengan label brand Honda. Honda pun termasuk produsen otomotif dengan kelas yang terpercaya dan dikenal kualitasnya.
Tapi, tahukah kamu ada kisah menarik di balik terwujudnya kebesaran nama Honda ini? Ini adalah kisah dari sang pendiri Honda, yakni Soichiro Honda. Kisah inspirasi dari Soichiro Honda ini rasanya pas sekali untuk menggugah para Mahasiswa yang masih berpikiran bahwa bagian terpenting dari kuliah adalah mencari ijazah.
Tapi, nyatanya Soichiro Honda membuktikan bahwa ijazah bukanlah hal terpenting, setidaknya baginya. Esensi utama dari pendidikan adalah ilmu. Sekalipun kita tak boleh menyepelekan pentingnya ijazah, tapi yang lebih penting dari itu adalah ilmu yang kita dapatkan dan bagaimana kita bisa membuatnya bermanfaat dalam kehidupan nyata.
Percobaan yang Gagal
Di tahun 1938, Soichiro Honda bukanlah apa -apa kecuali hanya seorang pemuda yang berniat mendirikan usaha bengkelnya sendiri. Tak ada yang kenal dengan nama Honda sebagai brand sebuah produk otomotif karena keberadaannya memang belum dimulai.
Sementara itu, Toyota sudah dikenal sebagai perusahaan produsen mobil yang cukup ternama di Jepang. Honda sendiri menaruh perhatian lebih pada Toyota. Ia mengamati perkembangan Toyota dan mengetahui bahwa Toyota sedang membutuhkan berbagai komponen mesin yang bisa digunakan untuk produk mobil mereka.
Honda yang masih bingung memikirkan produk pertama apa yang akan dibuat di bengkel mesinnya pun mendapatkan ide. Ia memutuskan untuk membuat piston. Honda pun mulai merancang piston buatannya sendiri dan membawanya kepada Toyota.
Sayang, piston yang dibuatnya dianggap memiliki kualitas yang buruk, bahkan jauh di bawah standar. Tentu saja Toyota dengan mudah menolak piston yang dibawa oleh Honda. Padahal, Honda sudah menaruh harapan besar pada produknya ini.
Honda merasa kecewa karena investasinya pada pembuatan ring piston gagal. Karena rasa kecewanya ini, ia pun jatuh sakit hingga dua bulan. Untungnya, semangat Honda masih belum kandas. Dua bulan setelah ia menjalani masa sakitnya, ia sembuh dan memutuskan kembali ke bengkel.
Rupanya, ia masih tertarik untuk berkutat dengan ring piston. Ada masalah yang memang harus dipecahkan pada produk piston buatannya ini. Karena ia tak tahu cara memecahkannya, ia pun memutuskan untuk mendaftar kuliah teknik mesin. Berharap agar ia bisa mendapatkan ilmu yang tepat untuk memecahkan masalahnya ini.
Baca juga: Kisah Inspiratif Mimpi Tak Harus Dikejar - Reese Witherspoon Sang Peraih Oscar
Pergi Kuliah untuk Ilmu, Bukan Ijazah
Honda yang sudah berusia dewasa kini menjadi seorang mahasiswa. Di pagi hari, ia pergi kuliah dan di siang hari ia pergi ke bengkelnya. Ia selalu ke bengkel untuk menguji apa yang telah dipelajarinya di kampus.
Tujuan awalnya masuk kuliah memang untuk mendapatkan solusi dari pemecahan masalah di bengkel mesinnya. Jadi, kuliah, belajar dan menguji apa yang dipelajari adalah hal wajib yang menjadi rutinitas baginya semasa kuliah.
Namun, ada masalah terhadap caranya kuliah ini. Masalahnya terletak pada mata kuliah yang banyak dan tidak semuanya berhubungan dengan mesin. Karena apa yang ia inginkan hanyalah mesin, Honda pun hanya memilih masuk pada mata kuliah yang berhubungan dengan permesinan saja.
Di mata kuliah lainnya, ia memilih bolos. Sebagai seorang mahasiswa yang terikat oleh sistem kampus, tentu hal ini jadi masalah. Pihak rektorat melihat sikap Honda sebagai hal yang tidak pantas.
Setelah dua tahun berkuliah, Honda pun mendapatkan panggilan dari pihak rektorat. Ia diminta untuk menemui sang rektor. Sang rektor menanyakan apa alasan Honda seringkali membolos pada jam -jam kuliah.
Jawaban Honda ternyata sungguh menggelitik. Ia mengaku bahwa tujuannya kuliah bukan untuk mencari ijazah melainkan ilmu yang dapat ia aplikasikan dalam kehidupan.
Sang rektor yang mendengar jawaban tak terduga dari Honda ini marah. Alasan dari Honda dianggap sebagai sebuah penghinaan terhadap institusi pendidikan. Akhirnya, pihak universitas memutuskan untuk mengeluarkan Honda dari kampus dan Honda tidak lagi diizinkan untuk mengikuti kuliah.
Lantas, apa yang dikatakan Soichiro Honda tentang pengalaman kuliahnya ini? “ Aku kesal seperti seseorang yang kelaparan, bukannya diberi makan malah diberikan penjelasan tentang bagaimana makanan bekerja di dalam tubuh besar fungsi -fungsinya.”
Kita semua tahu, seperti apa kini suksesnya Honda dalam dunia otomotif.
Hakikat Pendidikan
Ya, memang seperti itulah makna kuliah yang sesungguhnya. Yang terpenting dari pendidikan adalah ilmu yang aplikatif dan bermanfaat. Tapi, tentu ini tak berarti bahwa kamu harus meninggalkan kuliah, membolos pada mata kuliah yang tak disukai, dan mengabaikan pentingnya ijazah.
Bagaimana pun juga, masyarakat saat ini mesih memandang ijazah sebagai bukti penting akan kemampuan kita. Tapi sudah selayaknya jika ijazah ini pun dilengkapi dengan ilmu dan kemampuan yang nyata dan bermanfaat bukan?
Sumber:Purna, Asep. 2011. 101 Kisah Inspiratif. Jakarta: GagasMedia.