Nilai – Nilai Kepahlawanan yang termuat dalam Puisi dan Cerpen
Kepahlawanan seorang dapat dituangkan dalam suatu cerita maupun puisi. Kepahlawan yang dilakukan oleh orang lain, tidak harus berhubungan dengan berjuang untuk memerdekakan suatu bangsa dari penjajah. Namun, kepahlawanan dapat juga dilakukan atau dituangkan dalam wujud puisi atau cerita. Mengapa dituangkan dalam wujud puisi atau cerita?
Karena nilai – nilai kepahlawanan tersebut akan nampak dalam bait – bait yang indah. Bukan hanya dalam bait yang indah, melainkan juga dalam bentuk cerita. Cerita yang dapat dibagikan untuk setiap individu yang membaca maupun mendengarnya.nilai – nilai yang dipelajari akan dapat membentuk karakter seorang individu. Karakter tersebut akan menjadikannya sebagai pribadi yang matang dan baik.
Artikel ini akan membahas tentang nilai – nilai yang terkandung dalam puisi, membahas cerita pendek / cerpen, mendeklamasikan puisi, dan menulis paragraf ekspositoris.
Mengungkapkan Nilai – Nilai dalam Puisi
Nilai – nilai kehidupan, baik nilai sosial, nilai agama, dan nilai kemasyarakatan dalam dilakukan melalui puisi. Puisi yang baik, dapat mendorong individu untuk memetik suatu nilai yang akan berguna dalam kehidupannya. Bukan berarti, puisi yang tidak memberikan nilai sosial, nilai agama, dan nilai kemasyarakatan itu tidak baik. Masih terdapat nilai lain yang terkandung dalam puisi yaitu nilai keindahan.
Puisi dapat dikatakan sebagai salah satu kegiatan untuk apresiasi. Apresiasi dalam puisi dapat pula dilakukan dengan cara membaca puisi dengan cara menghayati, menulisnya, dan mendeklamaiskan puisi. Bukan hanya itu juga, yaitu menuliskan resensi sebuah puisi. Pemahaman yang mendalam akan puisi dapat terjadi, ketika seorang individu mampu mengapresiasinya.
Selain pemahaman, merasakan hal – hal yang ditulis oleh penyair, dan menyerap nilai – nilai yang terkandung dalam puisi dapat dikatakan sebagai apresiasi. Wujud apresiasi yang lain, yaitu menghargai puisi sebagai keindahan dalam karya seni. Kepekaan batin seorang individu akan dapat mengapresiasi sebuah karya seni. Individu yang peka terhadap makna yang tersirat dalam puisi, akan memahami kandungan di dalam sebuah puisi.
Apresiasi dalam puisi akan menjadikan seseorang mampu : mengenal, memahami, menafsirkan, menghayati, dan menikmati sebuah seni berupa karya sastra seperti puisi. Langkah – langkah yang dapat dilakukan individu dalam mengapresiasi suatu karya sastra yaitu sebagai berikut.
- Seorang pembaca perlu untuk mempersiapkan keterlibatan jiwanya.
- Seorang pembaca perlu untuk memahami dan menghargai kemampuan sastrawan dalam menyajikan suatu pengalaman hingga mencapai suatu tingkat penghayatan tertentu.
- Seorang pembaca menemukan pengalaman yang diperoleh dari karya sastra melalui pengalaman kehidupan yang nyata yang pernah atau sedang dihadapi.
Hakikat sebuah karya sastra, seperti puisi, terdiri dari tema, perasaan, nada dan suara, dan amanat. Apakah pengertian dari masing – masing hakikat tersebut?
- Tema merupakan gagasan pokok yang hendak diungkapkan oleh penyair dalam karangan puisinya. Tema dalam puisi dapat terdiri dari cinta, patritisme, kemanusiaan, ketuhanan, perjuangan, alam, keadilan, kegagalan hidup, kritik sosial, kesetiakawanan, dan demokrasi.
- Perasaan ini beruhubungan dengan kondisi batin yang sedang dialami oleh penyair, kemudian dituangkan dalam sebuah puisi. Perasaan tersebut dapat terdiri dari patah hati, cemburu, menyesal, takut, dan kesepian.
- Nada dan suasana puisi. Nada puisi merupakan sikap seorang penyair terhadap pembaca, sikap tersebut dapat berwujud menasehati, mengejek, menyindir atau menggurui.
- Amanat puisi merupakan kesan yang dapat ditangkap oleh pembaca atau pendengar, setelah membaca dan mendengar sebuah puisi.
Setelah mempelajari tentang nilai – nilai yang terkandung dalam puisi, baik nilai sosial, nilai agama, maupun nilai kemasyarakatan. Kemudian, tentang bagaimana memberikan suatu apresiasi terhadap karya sastra. Selanjutnya, akan dibahas tentang cerita pendek. Tentang bagaimana kita membahas suatu cerita pendek.
Artikel terkait: Pengertian Klausa dan Jenis – Jenis Klausa
Pengertian Cerita Pendek (Cerpen)
Pernahkah kamu membaca sebuah cerita? Kemudian kamu membahas cerita tersebut bersama dengan temanmu. Apa yang kamu bahas dalam cerita tersebut? Apakah kamu membahas tentang karakter dari tokohnya. Atau jalan ceritanya. Atau mungkin nilai – nilai yang tersirat dalam cerita. Bagian ini akan menjelaskan tentang membahas cerita, khususnya cerita pendek. Cerita pendek atau cerpen.
Cerita pendek yang baik memuat nilai – nilai kehidupan yang dapat berguna untuk pembelajaran bagi setiap individu yang membacanya. Membaca cerita pendek sangat berbeda, ketika membaca cerita yang termuat dalam sebuah berita. Bahasa yang digunakan dalam cerpen merupakan bahasa yang berupa bercerita dan bahasanya banyak menggunakan kiasan.
Cerita pendek berisi imajinasi pribadi dari pengarangnya. Membahas cerita pendek, berhubungan dengan isi cerita, nilai – nilai yang terkandung dalam cerita pendek, dan hal - hal menarik apa saja yang dimuat dalam cerita pendek tersebut.
Cerita pendek merupakan sebuah cerita atau narasi yang bersifat fiktif atau tidak nyata atau rekaan, yang tidak benar – benar terjadi. Meskipun tidak benar – benar terjadi, cerita tersebut dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Artinya tidak dapat dipungkiri bahwa cerita pendek merupakan hasil karya tulisan yang diperoleh dari imajinasi penulis, namun dapat terjadi dalam kehidupan individu lain.
Cerita yang dihasilkan dari cerita pendek, relatif pendek. Cerita pendek tentu saja memiliki unsur – unsur instrinsik. Unsur tersebut yaitu sebagai berikut.
- Tema merupakan gagasan pokok dari sebuah cerita.
- Amanat merupakan pesan – pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang, melalui karangan yang dihasilkan dan hal tersebut menjadi tujuan penyair.
- Latar merupakan penggambaran tentang waktu, tempat, dan suasana yang ada dalam cerita.
- Penokohan atau perwatakan, meliputi menentukan tokoh utama, memberikan nama, dan menetapkan watak.
- Alur merupakan jalinan peristiwa yang dimuat dalam cerita.
- Sudut pandang merupakan posisi dari pencerita terhadap kisah yang dibuatnya.
Nilai – nilai yang terkandung dalam cerita pendek, meliputi nilai budaya, nilai moral, dan nilai sosial. Nilai dalam cerita pendek berupa pesan atau amanat yang hendak disampaikan, berhubungan dengan nilai budaya, moral, dan sosial.
Unsur – unsur tersebut penting dalam membahas sebuah cerpen. Setelah dijelaskan tentang unsur – unsur instrinsik cerita pendek, selanjutnya akan dijelaskan tentang mendeklamasikan puisi.
Mendeklamasikan Puisi
Mendeklamasikan sebuah puisi tidak lengkap rasanya tanpa mengambil amanat yang tersirat dalam puisi tersebut. Amanat puisi merupakan suatu gagasan yang menjadi dasar dalam sebuah karya sastra. Amanat berupa pesan yang hendak disampaikan dari penyair ke pembaca atau pendengar. Melalui puisi, sebenarnya kita telah melakukan komunikasi.
Artinya komunikasi tersebut berwujud kemampuan individu dalam mengambil makna yang tersirat. Pendengar yang baik, akan berusaha untuk menghayati. Bahkan, dia akan merasa seolah – olah dirinya yang mengalami kisah dalam puisi tersebut.
Membaca puisi tidak seperti membaca tulisan pada umumnya. Pembaca puisi harus mampu memahami dan menguasai isi didalam puisi tersebut. Pembaca puisi harus mampu menggiring pendengar untuk larut dalam puisi yang dibacakan. Yuk kenali "Pengertian dan Ciri Puisi".
Menulis Paragraf Ekspositoris
Menguasai dalam mendeklamasikan puisi, tidak akan lengkap rasanya, jika tidak dibarengi dengan kemampuan menulis paragraf. Salah satunya menulis paragraf ekspositoris. Paragraf ekpositoris merupakan suatu paragraf yang memberikan paparan dan menerangkan tentang suatu objek.
Biasanya dalam memaparkan, akan menggunakan contoh, grafik, dan data lain. Ada tiga pola pengembangan paragraf ekspositoris, yaitu proses, pola sebab akibat (sebab bertindak sebagai gagasan utama, dan akibat bertindak sebagai rincian pengembangannya), dan pola ilustrasi, yang digunakan untuk menjelaskan maksud dari penulis.
Referensi:
- Darmayanti, N dan Hidayati, N. 2008. Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Unggul Kelas XII. Bandung: Grafindo.
- Juhara, E., Budiman, E., dan Rita R. 2005. Cendikia Berbahasa: Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas X Jilid 1. Jakarta: PT Setia Purna Inves.
- Sutarni, S dan Sukardi. 2008. Bahasa Indonesia 3 SMA Kelas XII. Jakarta: Quadra.
- Indrawati. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Materi lain: