Pendidikan melalui Bahasa: Membaca Ekstensif dan Mencatat Sumber Tertulis

Artikel ini mengangkat topik tentang pendidikan. Yang namanya topik, berarti tidak harus menjelaskan tentang pendidikan. Namun, akan menjelaskan bagaimana meningkatkan pendidikan dengan cara meningkatkan kemampuan bahasa kita. Pembahasan tentang bahasa tentu saja tidak akan ada habisnya. Banyak hal – hal yang harus kita pelajari dan pahami.

Mempelajari semua ini untuk menambah wawasan kita tentang kebahasaan. Sesuatu yang menarik bukan? Baiklah, artikel ini akan memberikan bahasan tentang membaca ekstensif dan mencatat sumber tertulis.

Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif merupakan cara membaca yang bersifat untuk menjangkau secara luas. Membaca ekstensif menjadikan pembaca, mengetahui isi teks. Dan lebih tinggi membuat pembaca, mampu menyerap pengetahuan yang lebih luas atau umum.

Objek dalam membaca ekstensif meliputi sebanyak mungkin teks. Waktu yang digunakan untuk membaca juga singkat. Tujuan singkatnya waktu yaitu pemahaman terhadap bacaan tidak terlalu mendalam. Pembaca hanya cukup mengetahui.

Membaca survei atau survey reading, membaca sekilas atau skimming, dan membaca dangkal atau super ficial reading merupakan bagian dari membaca ekstensif. Berbeda dengan membaca intensif dilakukan dengan cara membaca dengan seksama dan teliti.

Tujuan membaca intensif yaitu untuk memperoleh informasi yang lengkap dan jelas. Penerapan dalam membaca secara ekstensif maupun intensif dapat dilihat pada membaca tajuk rencana di surat kabar.

Tajuk rencana berisi tentang pendapat dan pandangan seorang redaksi terhadap permasalahan aktual yang sedang hangat – hangatnya berkembang di khalayak umum atau masyarakat. Tajuk rencana menjadi alat yang digunakan seorang jurnalistik untuk memberikan pelajaran pada masyarakat.

Tajuk rencana sebagai saluran utama untuk dapat melaksanakan usaha mencapai kepentingan umum. Selain itu, tajuk rencana juga berfungsi untuk menjadi saluran aspirasi dalam surat kabar bagi yang bersangkutan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menimbulkan simpati dari masyarakat.

Konsisten dan mencerminkan suatu pandangan kebijakan yang bersifat terpadu merupakan hal penting yang menjadi unsur untuk tajuk rencana. Mengapa demikian? Sebab tajuk rencana merupakan alat yang digunakan untuk menunjukkan solidaritas pada masyarakat. Sudah menjadi hal yang umum, bahwa dalam informasi, terdapat unsur fakta dan opini.

Fakta merupakan kondisi atau sesuatu atau hal yang benar – benar terjadi atau kebenarannya tidak dapat disangsikan lagi sebab terdapat bukti. Fakta diperlukan dalam memperkuat, membuktikan, dan mempertahankan kebenaran dari pendapat yang disampaikan dalam suatu argumentasi. Data – data yang dijabarkan dalam sebuah fakta, merupakan suatu data – data yang akurat.

Opini atau pendapat merupakan sikap atau pendirian seseorang terhadap sesuatu hal. Pendapat disampaikan, ketika menanggapai suatu permasalahan atau kondisi yang sedang dialami oleh seseorang. Pendapat akan menjadi fakta bagi orang lain, ketika diungkapkan. Ungkapan seseorang tersebut dapat dilakukan secara lisan maupun secara tertulis.

Sudah pahamkah di manakah kita bisa membaca secara ekstensif dan intensif. Bahkan perbedaan opini dan fakta yang mungkin akan dijumpai ketika kita membaca informasi. Selanjutnya, kita akan membahas tentang mencatat sumber tertulis. Ada baiknya kamu juga mempelajari: Pengertian, Jenis Kalimat dan Majas.

Mencatat Sumber Tertulis

Mencatat sumber tertulis, dibedakan menjadi dua hal. Yaitu kutipan dan menyusun daftar pustaka atau bibliografi. Kutipan merupakan ide, gagasan, dan pendapat yang diperoleh dari berbagai sumber. Mengutip merupakan proses dalam mengambil gagasan. Pengambilan gagasan dapat diperoleh dari, antara lain artikel, kamus, ensiklopedi, internet, laporan, buku, majalah, dan internet.

Penggunaan pola havard dilakukan dalam menulis sumber suatu kutipan. Namun, masih ada pola lain yang bisa digunakan, yaitu pola konvensional maupun catatan kaki atau footnote. Pencantuman kutipan yang menggunakan pola Havard ditunjukkan dengan menuliskan terlebih dahulu nama belakang pengarang. Diikuti tahun terbit dan halaman buku yang dikutip pada awal maupun pada akhir suatu kutipan. Daftar pustaka berisikan tentang data lengkap dari sumber yang dikutip dan dicantumkan.

Mengutip dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung maupun tidak langsung. Mengutip secara langsung merupakan mengutip yang disesuaikan dengan sumber aslinya. Dalam mengutip secara langsung, penulis tidak perlu mengubah kalimat – kalimat yang dikutip. Penulis dapat menulis sama dengan pendapat yang dikutip.

Mengutip secara tidak langsung dapat dilakukan, jika penulis meringkas kalimat dari sumber aslinya. Meskipun demikian, penulis tidak perlu menghilangkan gagasan asli dari sumber yang dikutip.

Selanjutnya, pada pembahasan di atas disinggung tentang catatan kaki atau footnote. Apakah catatan kaki itu? Catatan kaki merupakan keterangan yang dicantumkan pada margin bawah di halaman buku. Catatan kaki sebagai bagian dari pola konvensional.

Catatan kaki pada umumnya ditulis dengan huruf kecil dibandingkan dengan huruf yang terdapat di dalam teks. Catatan kaki ini bertujuan untuk menambah rujukan uraian yang terdapat dalam naskah pokok.

Setelah mempelajari tentang mengutip, tidak lengkap rasanya jika tidak mempelajari tentang pembuatan daftar pustaka. Daftar pustaka ini akan memperjelas kembali, dari mana kita memperoleh kutipan. Membuat daftar pustaka atau yang disebut dengan bibliografi, dibedakan berdasarkan pada sumber acuan yang digunakan.

Buku sebagai sumber acuan

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, ketika menjadikan buku sebagai sumber acuan. Hal – hal tersebut yaitu sebagai berikut.

#1 Nama pengarang dibalik yaitu berdasarkan nama keluarga, nama belakang. Namun, tidak demikian, jika nama tersebut, merupakan nama Tionghoa. Penulisan nama secara lengkap, tanpa disertai dengan gelar yang dimiliki oleh pengarang buku.

#2 Apabila buku yang dijadikan acuan tersebut, memuat nama editor, maka penulisannya ditambahkan dengan singkatan (Ed.).

#3 Apabila pengarang buku, terdiri dari dua orang, maka nama pertama dibalik. Namun, untuk nama pengarang yang kedua, ditulis secara tetap. Memberikan penghubung “dan” diantara kedua nama pengarang buku tersebut. Namun jika menjumpai nama pengarang lebih dari tiga orang, maka nama pengarang yang pertama tetap dibalik. Kemudian, ditambahkan “dkk” atau dan kawan – kawan, setelah nama pengarang pertama tersebut.

#4 Apabila terdapat beberapa buku yang ditulis oleh seorang pengarang. Maka nama pengarang cukup ditulis sekali pada buku yang disebut pertama. Kemudian, dibuat garis sepanjang 10 ketukan dan memberikan tanda titik di akhir. Mencantumkan tahun terbit, setelah nama pengarang dan tidak lupa memberikan tanda titik di akhir. Namun, apabila ditemukan tahun yang berbeda.

Maka, penyusunan daftar pustaka dilakukan dengan cara diurutkan, berdasarkan dari yang paling lama, hingga yang paling baru.Seanjutnya, jika diterbitkan pada tahun yang sama, maka penempatan dalam urutan berdasarkan pada pola abjad judul buku. Yang menjadi kriteria pembedanya yaitu setelah tahun terbit diberikan bubuhan huruf, seperti a, b, c, tanpa jarak.

#5 Apabila buku yang dijadikan sebagai bahan pustaka tersebut tidak menyebutkan tahun terbit. Maka, penyusunan daftar pustaka disebutkan dengan cara “Tanpa Tahun”. Kedua kata tersebut yaitu “Tanpa Tahun” di awali dengan huruf kapital.

#6 Judul buku ditempatkan sesudah penulisan tahun terbit. Maka, dicetak dengan huruf miring atau diberikan garis bawah pada judul buku tersebut.

#7 Apabila laporan penelitian, tesis, skripsi, disertasi, atau artikel belum diterbitkan, maka penulisannya dalam daftar pustaka menggunakan tanda petik.

#8 Unsur – unsur keterangan yang lain, seperti edisi, jilid, ditempatkan sesudah judul. Keterangan tersebut ditulis dengan menggunakan huruf kapital pada awal kata. Pemberian tanda titik di akhir kata. Namun, apabila sumber acuan tersebut menggunakan bahasa asing, maka unsur-unsur keterangan perlu diindonesiakan.

#9 Tempat terbit sumber acuan, diletakkan setelah judul atau keterangan judul. Kemudian setelah tempat terbit dituliskan nama penerbit yang dipisahkan dengan tanda titik dua. Lalu, diakhiri dengan titik.

Majalah sebagai acuan

Unsur – unsur beserta urutan, jika menjadikan majalah sebagai acuan, yaitu sebagai berikut.

Nama pengarang (dibalik). Tahun terbit. Judul artikel. Judul majalah. Bulan terbit, tahun terbit yang ke berapa (jika ada). Tempat terbit.

Sumber kabar sebagai acuan

Unsur – unsur beserta urutan, jika menjadikan surat kabar sebagai acuan, yaitu sebagai berikut.

Nama pengarang (dibalik). Tahun terbit. Judul artikel. Judul surat kabar. Tanggal terbit. Tempat terbit.

Antologi sebagai sumber acuan

Unsur – unsur beserta urutan, jika menjadikan antologi sebagai sumber acuan, yaitu sebagai berikut.

Nama pengarang (dibalik). Tahun terbit karangan. Judul karangan. Nama penghimpun (Ed.). Tahun terbit antologi. Judul antologi. Tempat terbit: nama penerbit.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan dalam dilakukan melalui bahasa yang dituliskan dalam suatu kalimat maupun pernyataan. Ketika kita menjangkau secara luas mengenai bacaan teks, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan dan dilampirkan dalam karya ilmiah. Maka penting untuk mencatat sumber yang dijadikan acuan.

Mengapa demikian? Hal tersebut mengajarkan kita untuk mengatakan atau menuliskan dengan jujur tentang asal usul sumber yang kita peroleh. Hal ini mengajarkan pendidikan tentang kejujuran.

Referensi:

1. Kusmayadi, I. 2007. Think Smart Bahasa Indonesia untuk Kelas XI SMA/ MA Program Bahasa. Bandung: Grafindo Media Pratama.
2. Utami, S., Sugiarti, Suroto, dan Alexander S. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
3. http://www.slideshare.net/sekolahmaya/smama-kelas10-bahasa-dan-sastra-indonesia-sri-sugiarti-suroto-alexander

Materi lain: